Dalam beberapa dekade belakangan memang masykarat Hulu Sungai sering dicap sebagai golongan masyarakat kampungan, dengan segala streotipe tidak mengenakan lainnya saat kita sedang berada di Banjarmasin misalnya. Namun sekarang label-label itu hanya sebuah bentuk ketidaktahuan atau kebutaan tentang bagaimana proses besar peradaban di Kalimantan Selatan tumbuh dan berkembang.
Memang tidak berlebihan jika Hulu Sungai dianggap ibu kandung dari Kalimantan Selatan, sebuah akar dan inti batang yang kokoh dari peradaban Urang Banjar itu berasal. Hal ini bisa di buktikan dengan sebuah tes kecil.
Coba kalian ambil beberapa buku yang membahas tentang sejarah Kalimantan Selatan secara menyeluruh, contohnya seperti buku Sejarah daerah Kalimantan Selatan (1977) Depmendikbud, Urang Banjar dan Kebudayaanya (2005) atau referensi dari buku yang sering menjadi rujukan tentang sejarah Kalimantan selatan seperti “Sejarah Banjar” (2003) dari Balitbangda Kalsel (versi terbitan Ombak tahun 2020) dan buku-buku lain sejenisnya. Maka sudah bisa dipastikan lebih dari 50% atau bahkan mungkin lebih 70% isi pembahasan akan menyangkut wilayah Hulu Sungai, silahkan saja anda mencobanya.
Mengutip kata-kata seorang peneliti dan penulis buku Sejarah di Kalimantan Selatan yaitu bapak Wajidi : “dari hulu asalnya hilir,” ujar beliau, sebuah kalimat pendek untuk menggambarkan sebuah proses peradaban di Kalimantan Selatan.
Alam yang begitu indah dan kaya, masyarakat yang begitu unik, dinamika sejarah dan kebudayaan dari Hulu Sungai yang juga tak kalah menakjubkanya. Sampai disini masihkah kita malu sebagai putra-putri Hulu Sungai ? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H