Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan-catatan Kisah, Si Senyum Teratai...

8 Juni 2023   14:41 Diperbarui: 8 Juni 2023   14:44 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : @fallsonata 

Kalaupun seandainya Ia ternyata menolakku dengan berkata "Tidak," maka Aku takkan pernah memaksanya. Ya, aku takkan memaksa. Dan bagaimana cara memaksanya? Apakah berbuat kriminal? Tentu saja itu hak perasaannya. Pertemanan akan tetap terjalin, tetapi tidak lagi dengan perasaan yang tulus ini.

Manusia memang di satu sisi harus bisa menerima kenyataan. Kenyataan yang mungkin bisa kita katakan "Pupus." Tidak semua kehendak Manusia itu ada masanya selalu tercapai. Namun, apabila Manusia itu setidaknya memasang sikap selalu optimis terhadap objek yang dijuang, entah kenapa. Aku berpikir, kalaulah ternyata kita mengalami kegagalan. Namun, ada cara Tuhan kemudian bekerja mengabulkan.

Lebis jelasnya adalah, berjuang dengan gigih tetapi gagal, kemudian Tuhan membantu kita mencapai itu justru dengan caraNya yang lain. Itu tandanya apa? itu tandanya adalah, "Apa Yang Baik Menurut Manusia, Belum Tentu Baik Menurut Tuhan Sang Pencipta." Pun sebaliknya.

Seperti itulah salah-satunya rumus kehidupan. Tetapi apa yang mesti digaris-bawahi akan asumsi ini? Tak lain, ialah perihal untuk M.A.U. Tiga huruf yang mengisyaratkan agar semua Manusia jangan hanya sekadar berpangkul tangan untuk pasrah menerima keadaan-keadaan.

Melainkan, Ia harus berbuat. Jadi ada dimensi tindakan disitu, yang dimulai dari Akal Pikiran.Setidaknya, Aku bisa sedikit bersikap dewasa untuk dapat memahami perihal hal tersebut.

Sulit bagi kita jika berdiam diri dan pasrah terhadap situasi keadaan, lantas berkhayal untuk melihat perubahan dan kemajuan, pastilah kita akan mengalami penderitaan yang begitu perih. Sebab, khayal itu takkan tercapai.

Rasa letihku, entah kenapa pergi sesaat setelah suara tawanya. Tawa yang selalu hempaskan penat, bahkan terhadap Dunia yang sedang berduka ini. Ya, Ia pun rupanya sudah tahu, bahwa Dunia ini tengah berduka. Sebab pemakmurnya, sedang tertidur dan tak punya daya untuk terbangun.

Aku memimpikannya, seperti halnya bunga Teratai selalu mendambakan agar danau tidak pernah lenyap hanya karena faktor kejamnya kemarau melanda. Namun, sang danau tempat tumbuhnya, seolah-olah memberi tanda ingin segera mengering, karena Ia tak sudi menerima sang teratai.

Alarm ku lantas berbunyi dengan riang. Suara riangnya, karena tertawa terbahak-bahak menertawakanku. Aku pun terbangun dan menjadi malu. Ya, individu yang memalukan. Tetapi bukan berarti diriku insecure. 

Insecure itu hanyalah sifat dari anak-anak. Dan Aku bukanlah bagian daripada banyak Anak-anak. Jadi sebagai sosok yang mengklaim bahwa dirinya sudah dewasa, adalah tidak dibenarkan bahwa Dunia adalah objek yang harus ditakuti.

Kalau kita ingin berpikir, Dunia ini pun sesungguhnya tercipta untuk melayani semua kebutuhan hidup Manusia. Hidup Manusia yang haus akan segala sesuatu yang sifatnya finansial material. Tuhan sebagai sang pencipta, menyediakanlah Dunia ini untuk Manusia, sebagai bentuk Maha PengasihNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun