Karena Aku ingin, Alam Semesta dan sebuah tiang listrik ini, menjadi saksi bisu cinta yang kuanggap suci ini. Pikirku, kalau Alam ternyata tidak setuju akan cintaku padanya, biarlah tiang listrik yang menegurnya. Tentu saja, Aku tak akan peduli.
Selama menatapnya, Aku sempat dilanda ke-bingungan. Kira-kira, siapakah sosok lelaki yang dia cintai saat ini? Kalau ternyata ada, entahlah apa lalu yang kemudian Aku rasakan. Seribu dewi fortuna, pasti tengah menghiasi hari-hari si lelaki itu.
Pernah hati kecilku berbicara bahwa ; "Mungkinkah kamu dapat memilikinya? Sedangkan tikus-tikus yang dipandang hina oleh Manusia saja, juga memandang kamu sebagai sesuatu hal yang teramat begitu  rendah?" sehingga acapkali, sikap pesimisme akhirnya mendominasi cintaku padanya. Bahkan saat ini.
Mungkinkah sebuah mutiara yang berkarat, akan mampu mendapatkan cinta sebuah rembulan yang terang benderang? Jawaban yang logis tentu saja adalah, "Tidak Mungkin" alias "Mustahil." Baiklah, tidak ada masalah.
Beberapa waktu atau selang satu jam kemudian, Aku akhirnya merasakan tubuhku yang sudah lelah beraktifitas. Maka, kumantapkan niat setelahnya untuk pulang kerumah. Sesampainya dirumah, buku diary yang sudah sampai halam ke-80, kutuliskan kembali perasaan-perasaan yang semakin berubah ini.
Jam dinding tertawa ucap grup band jamrud. Ya, begitulah rupanya sifat jam dinding rumahku. Setiap hari ia selalu menertawakan diriku yang lambat. Lambat segala hal. Ya berpikir, bekerja, bahkan dalam urusan asmara atau berusaha meng-utarakan cinta pun. Selalu saja terkadang lambat.
Namun, keterlambatan itu bukan hanya difaktori dengan rasa takut semata. Tetapi sekeliling dirinya yang juga masih kuragukan. Aku masih setuju dengan argumen para tikus tadi. Oleh karena itu, akankah jiwanya kuat dan tidak mudah goyah terhadap hasutan-hasutan bengis sekelilingnya?
Dan hari ini, akhirnya Aku mulai berpikir satu hal. Tikus-tikus memang secara karakter itu buruk serta ia merupakan hewan yang dipandang hina. Akan tetapi, apakah kehadirannya di muka bumi ini memang tidak berfungsi? Dengan kata lain, apakah hadirnya tidak membawa kemanfaatan selain hanya kerugian Makhluk hidup semata? Kalau iya, Aku tentu mengatakan bahwa itu tidak benar.
Kita takkan mampu membayangkan untuk menahan derita manakala kuman-kuman dirumah tidak dimakan tikus. Ya, meski tak bisa dpungkiri apabila kawanannya terlalu jamak, itu akan merugikan. Namun, intinya sudah jelas. Bahwa kehadiran tikus tidak sepenuhnya merugikan.
Lalu bagaimana dengan Aku dan gembel-gembel lain yang sebagian orang kadangkala tidak menganggapnya? Apakah kehadiran para gembel hanya merugikan suatu Negara bangsa karena tingkat populasinya yang banyak, akan merugikan Negara tersebut? begitu kan pemikiran Hitler, sehingga banyak orang miskin di Jerman dibumi hangus-kan.
Pesimisme itupun akhirnya pergi dari dalam jiwaku. Dan aku yakin, kalau kelak Aku berani mengungkapkan perasaan ku padanya, tentu Aku tak tahu apa jawabannya, yang jelas kalau Ia berkata "Mau," Aku berjanji untuk terus menjaga dan bahkan membimbingnya menuju kebenaran Ilahi.