Sesuai perencanaan matangnya, Dani menggondol doorprize AC setelah dinobatkan sebagai peserta senam dengan gerakan paling bersemangat yang ditentukan menggunakan proxy kuantitas keringat. Dia tersenyum di atas motor Honda Beat sepanjang perjalanan menuju kos. Di balik punggungnya adalah alat yang diimpikannya sejak malam pertama dia menghuni kos neraka-nya.
Dua minggu terakhir, dia banyak menonton video di YouTube mengenai tutorial pemasangan AC. Dia mengincar dua hal. Pertama, dia ingin menghemat biaya dengan memasang sendiri AC yang didapatkannya nanti. Kedua, setelah mendengar nasihat Burhan kepada Nadia, Dani ingin membayangkan bahwa dirinya telah memiliki AC setiap detiknya. Ini yang disebut manifesting. Konon apa yang sering manusia pikirkan di setiap detiknya, dapat mewujud entah bagaimana caranya.
Sesampainya di kos, Dani memasang AC yang baru saja dia dapat seusai tutorial YouTube. Semuanya tuntas dilakukan tidak lebih dari satu jam. Selain mengucapkan "selamat datang di Indomaret, selamat berbelanja" kepada pelanggan yang cantik, memasang dan merakit AC mungkin aktivitas yang dinikmati oleh Dani.
Saat malam tiba, Dani mengamati kipas angin nya yang mati di pojok ruangan dengan sesekali melihat AC yang dia pasang tadi siang di dinding atas kosnya.
"Jadi ini yang dinamakan nikmatnya proses." Pikirnya dalam hati. Dani sering berkegiatan untuk berproses dalam hidupnya, namun sepertinya baru kali ini dia merasakan bahwa proses dapat menimbulkan hasil.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Dani tidur tersenyum tanpa perlu mandi terlebih dahulu karena gerah. Dia terlelap diselimuti rasa syukur malam itu.
Saat pagi tiba, Dani kaget karena alarm alaminya masih menyala. Dia berkeringat. AC nya mati. Setelah bertanya kepada beberapa tangga kos dan pemilik kos, dia mengetahui bahwa kos nya tidak memiliki listrik yang cukup untuk memasang AC. Pagi ini dia berangkat ke tempat kerja dengan raut muka yang tragis. Mata berkaca-kaca. Bibir meringis. Dia ingin menjual AC yang didapatnya ke teman-temannya atau toko barang bekas apabila temannya tidak ada yang berminat. Mungkin ini yang dimaksud oleh para ekonom sebagai miskin struktural.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H