Mohon tunggu...
Ahmad Mutawakkil Syarif
Ahmad Mutawakkil Syarif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just a kid from Cendrawasih, Makassar

Hidup adalah seni menggambar tanpa penghapus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jago Gadget, Gagap Ilmu: Krisis Pendidikan di Era Digital

14 November 2024   07:51 Diperbarui: 15 November 2024   08:04 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecanduan terhadap gadget dan sosmed lah, yang kemudian menimbulkan banyak dampak negatif di berbagai aspek, salah satunya aspek pendidikan—sehubungan dengan tema tulisan kali ini. Kecanduan gadget dan sosmed dapat mempengaruhi beberapa aspek penting dalam pendidikan. Misalnya dari sisi kinerja otak, remaja yang sudah kecanduan gadget dan sosmed akan lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain gadget dan berselancar di sosial media, Ini dikarenakan media sosial dan aplikasi hiburan menawarkan reward atau kepuasan instan melalui fitur-fitur seperti notifikasi dan likes, sehingga pengguna seringkali terjebak dalam siklus serupa, dimana mereka merasa kecanduan terhadap rasa senang dan penghargaan, yang muncul setiap kali ada notifikasi baru, like, atau komentar, yang pada akhirnya memperkuat kebiasaan tersebut.. Apa akibat jangka panjangnya? Otak remaja tersebut akan mengalami penurunan dalam hal fokus dan konsentrasi, yang mana kedua hal tersebut sangat penting dalam proses pembelajaran. Sebab tanpa kemampuan fokus dan konsentrasi, maka materi pembelajaran yang dijelaskan guru maupun yang ada di buku akan susah untuk masuk ke otak, masuk telinga kanan keluar telinga kiri—kurang lebih begitulah perumpamaannya.

Selain penurunan kinerja otak, kecanduan gadget dan sosmed juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental para remaja. Saat ini di sosmed sedang marak dengan konten-konten yang berbau dengan achievement individu, ini membuat mereka sering membanding-bandingkan diri mereka dengan orang lain di sosmed yang menyebabkan para remaja ini menjadi kurang percaya diri atau bahkan mengalami kecemasan secara emosional. Keadaan mental yang terganggu ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan pribadi mereka tetapi juga menurunkan performa akademik. Gadget dan sosmed juga membuat remaja mempunyai kebiasaan buruk, yaitu begadang. Terkadang para remaja ini sibuk bermain game—pushrank bersama teman, scroll sosmed tanpa tujuan yang jelas sehingga mengakibatkan kurangnya waktu tidur yang berkualitas. Kurangnya tidur berkaitan langsung dengan penurunan fungsi kognitif, seperti daya ingat dan kemampuan memecahkan masalah, yang sangat penting dalam pendidikan. Dengan tidur yang tidak cukup, remaja menjadi mudah lelah dan kurang bersemangat di kelas, yang mengurangi kemampuan mereka dalam mengikuti dan memahami materi pelajaran.

Sumber: Canva
Sumber: Canva

Bagi penulis sendiri, ada dua dampak negatif yang paling gampang terlihat akibat kecanduan gadget dan sosmed saat ini. Yaitu: 

Pertama, terciptanya ketergantungan terhadap teknologi. Jika kita melihat realita saat ini, para pelajar dari berbagai tingkatan pendidikan cenderung menggunakan bantuan gadget untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Ini tentu memiliki dampak buruk, sebab ketika para pelajar ini terus-menerus menggunakan teknologi untuk mencari jawaban atas tugas-tugas yang diberikan, mereka sering kali tidak mengembangkan kemampuan berpikir kritis atau memecahkan masalah secara mandiri.

Dalam konteks pendidikan, kemampuan critical thinking dan solving problem ibarat kunci dalam memahami materi pembelajaran dan mengembangkan kemampuan analisis. Jika para pelajar mengalami ketergantungan terhadap teknologi, maka kunci tersebut akan menjadi berkarat sebab jarang atau bahkan tidak digunakan sama sekali. Ketergantungan ini disebabkan saat ini ada teknologi bernama AI (artificial intelligence), sebuah tools yang memudahkan para pelajar dalam mencari informasi yang berguna untuk menyelesaikan tugas dan masalah. Kemunculan AI ini yang kemudian membawa dampak kausalitas terhadap dunia pendidikan, sebab ketika para pelajar diberikan tugas, alih-alih melakukan analisis dan memahami konsep terlebih dahulu, mereka langsung copypaste soal tugas di AI lalu melakukan pola yang sama, yaitu copypaste jawaban AI ke tugas mereka.

Kedua, hilangnya motivasi belajar, ketika seorang remaja telah kecanduan gadget dan sosmed, maka mereka cenderung lebih tertarik pada tantangan dan reward yang ditawarkan pada dunia online dibandingkan dengan achievement akademik. Sebagai contoh, orang yang sudah kecanduan game online, dia akan lebih tertarik untuk mendapatkan pencapaian-pencapaian besar di dalam game, seperti rank yang tinggi, top leadeboard, dibandingkan dengan pencapaian di sekolah seperti nilai yang tinggi saat ujian, masuk peringkat 10 besar di kelas, dan sebagainya.

Sejatinya, jika kita berbicara tentang motivasi, maka itu merupakan sebuah hal yang sangat penting untuk mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu ataupun mencapai target. Dalam konteks pendidikan, motivasi lah yang mendorong siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun diluar kelas, seperti menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi dalam lomba, dan sebagainya. Ketika motivasi ini menurun karena mereka lebih tertarik pada dunia online yang memberikan kepuasan instan, para remaja ini akan menjadi lebih mudah bosan ketika proses pembelajaran, dan merasa kurang tertarik pada pelajaran yang memerlukan usaha dan ketekunan, seperti matematika, fisika, dsb.  Akibatnya, mereka kurang terdorong meningkatkan kemampuan akademik mereka.

Berbagai dampak negatif yang sudah dijelaskan diatas, pada akhirnya memiliki satu orientasi serupa, yakni dapat membawa penurunan kualitas pendidikan seorang pelajar, dan jika ini dibiarkan berlanjut maka akan mempengaruhi dunia pendidikan di Indonesia. Jangan sampai seperti kata peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga."

 

Sebenarnya, dampak negatif dari kecanduan gadget dan sosmed dalam dunia pendidikan sudah terlihat. Jika kita mengikuti perkembangan di sosmed beberapa waktu ke belakang, beredar sebuah video berisi siswa tingkat SMA (sekolah menengah atas) yang sedang diinterview. Video itu diunggah oleh seorang bernama Boyke Aldysha di platform Tiktok. (Sumber:https://www.tiktok.com/@papa.groot/video/7409636458300034309?q=sebutkan%20negara-negara%20eropa&t=1731515776689).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun