Mohon tunggu...
Ahmad Maulana
Ahmad Maulana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Ilmu itu penting. Oleh karena itu tuntutlah ilmu setinggi mungkin.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hakikat dan Sumber Ilmu Pengetahuan Melalui Perspektif Barat Dan Perspektif Islam

5 November 2020   18:30 Diperbarui: 27 April 2021   14:25 6963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui lebih jauh hakikat dan sumber ilmu pengetahuan menurut persepktif Barat dan Islam (inaki del olmo/unsplash)

Secara bahasa Ilmu pengetahuan berasal dari dua suku kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Secara etimologi, ilmu dalam bahasa Inggris disebut sebagai science, yang merupakan serapan dari bahasa latin scientia, yang merupakan turunan dari kata scire, dan mempunyai arti mengetahui (to know), yang juga berarti belajar (to learn). 

Science juga bermakna pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas. Sementara pengetahuan dalam bahasa Inggris disebut sebagai knowledge yang mempunyai arti; 

(1) the fact or conditioning of being aware of something (kenyataan atau kondisi menyadari sesuatu). 

(2) the fact or conditioning of knowing something with familiarity gained through experience or association (kenyataan atau kondisi mengetahui sesuatu yang diperoleh secara umum melalui pengalaman atau asosiasi), 

(3) the sum of is known; the body of truth, information, and principles acquired by mankind, (sejumlah pengetahuan, susunan kebenaran informasi, dan prinsip-prinsip yang diperoleh manusia) 

(4) the fact or condition of having information or of being learned (kenyataan atau kondisi memiliki informasi yang sedang dipelajari) (Suhartono, 1997: 95).

Sedangkan secara terminologi menurut Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag dalam tulisan nya ia menyebutkan: Science is empirical, rational, general and cumulative; and it is all four at once (ilmu adalah yang empiris, yang rasional, yang umum dan bertimbun-bersusun; dan keempat-empatnya serentak).

Jadi dapat di simpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu fakta yang bersifat empiris atau gagasan rasional yang dibangun oleh individu melalui percobaan dan pengalaman yang teruji kebenarannya.

A. Hakikat Ilmu pengetahuan jika dilihat melalui perspektif barat

Di dalam ilmu filsafat terdapat dua konsep berdasarkan aliran besar yang dikenal dengan realisme dan idealisme. Kedua aliran ini menghadirkan cara pandang masing-masing mengenai apa hakikat sebenarnya dari ilmu pengetahuan.

Bagi aliran idealis, hakikat dari pengetahuan adalah ide yang mendasari asal segala ilmu menjadi tumbuh dan berkembang. Karena di dalam aliran idealis, rasio atau pikiran merupakan satu-satunya sumber dan jaminan pengetahuan. 

Sehingga, dengan kata lain pengetahuan tentang sesuatu telah ada dalam dunia ide yaitu rasio dan akal budi. Hakikat dunia fisik bagi aliran idealisme hanya dapat dipahami dalam relasinya dengan jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata ide, sesuatu yang hadir dalam jiwa. 

Realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) dan jiwa (self), bukan berada pada hal yang bersifat materil. Dimana, material dipandang sebagai hal yang yang akan senantiasa berubah, tidak tetap, dan tidak abadi.Sesuatu yang tidak abadi dan mengalami perubahan tidak akan pernah menjadi sesuatu yang hakiki.

Menurut idealis, ini bertentangan dari definisi hakikat yang merupakan kebenaran mendalam, dimana dengan hakikat kebenaran tak diragukan lagi. Mereka memandang bahwasaanya jiwa dikatakan sebagai hakikat sebenarnya dari hal yang mendasari proses alam semesta. Itulah mengapa ide dikatakan sebagai pengetahuan yang sebenarnya atau hakiki oleh aliran idealis ini.

Sedangkan bagi realis, hakikat pengetahuan adalah materi yang dengannya ilmu pengetahuan menjadi ada, atau pengetahuan adalah benar apabila sesuai dengan kenyataan. Hal ini di karenakan aliran ini memandang hakikat ilmu pengetahuan sebagai hal yang bersifat materiel (real) dan sumber-nya berasal pada pengalaman empiris (nyata). 

Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Sesuatu yang bersifat materi merupakan dasar kenyataan atau realitas. Karena ilmu pengetahuan berasal dari gambaran sesungguhnya dari apa yang ada di alam nyata, yang telah pasti kebenarannya dan sahih sesuai dengan fakta kenyataan yang dapat di buktikan.

B.  Hakikat Ilmu pengetahuan jika dilihat melalui perspektif Islam

Secara linguistik, al-ilm (Ilmu) diartikan sebagai mengetahui hakikat sesuatu dengan yakin dan marifah. Adapun pengertian ilmu secara istilah sebagaimana yang dijelaskan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:

a. al-Amidi (dalam Wan Daud, 2003: 146) menyatakan: Ilmu adalah sifat yang dengannya jiwa orang memiliki sifat ini, bisa membedakan beberapa realitas yang tidak tercerap oleh indra-indra jiwa, hingga menjaganya dari derita, ketika itu dia sampai pada suatu kondisi yang tidak memungkinkan sesuatu yang dibedakan itu berbeda dari cara-cara yang darinya perbedaan itu diperoleh.

b. Menurut Syed Naquib al-Attas (1989: 78-89), ilmu terbagi menjadi dua macam, meskipun keduanya merupakan satu kesatuan yang sempurna. Pertama, ilmu yang diberikan oleh Allah swt. sebagai karunia-Nya kepada insan. Kedua, ilmu yang dicapai dan diperoleh manusia berdasarkan daya usaha akliahnya sendiri yang berasal dari pengalaman hidup, indera jasmani, nazar-akali, perhatian, penyelidikan, dan pengkajian.

c. Menurut Ziauddin Sardar (2000: 25), istilah yang tepat mendefinisikan pengetahuan dalam Islam adalah al-ilm, yang memiliki dua komponen. Pertama, bahwa sumber asli seluruh pengetahuan adalah wahyu atau al-Quran; di sinilah terletak kebenaran absolut. Kedua, bahwa metode mempelajari pengetahuan yang sistematis dan koheren semuanya sama-sama valid, semuanya menghasilkan bagian dari satu kebenaran dan realitas (bagian yang sangat bermanfaat untuk memecahkan masalah).

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pengetahuan (ilmu) dalam Islam adalah sampainya jiwa manusia yang aktif dan kreatif pada makna sesuatu yang bersumber dari Allah sehingga menghasilkan kebenaran dan realitas melalui indera, akal maupun aktivitas ilmiah.

C.Sumber ilmu pengetahuan jika di lihat dari Perspektif Barat

Berbicara mengenai sumber ilmu pengetahuan. Manusia biasanya mencari ilmu pengetahuan melalui indera dan akalnya untuk mencari suatu informasi / ilmu pengetahuan yang ia butuhkan di dalam kehidupannya. Dari hal tersebut dapat di katakan bahwa sumber ilmu pengetahuan secara umum di bagi menjadi dua yaitu  empirisme (indera) dan rasionalisme (akal).

Secara pengertian Empirisme adalah pengetahuan yang diperoleh dengan perantaraan panca indera. Maksudnya Paham empirisme ini berpendirian bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman yang ia alami. Menurut John Locke, manusia itu ibarat kertas putih, dan pengamalan panca inderawinya yang akan mengisi jiwa manusia dari yang awalnya hanya mempunyai pengetahuan yang sederhana hingga menjadi pengetahuan yang kompleks. 

Maksudnya segala pengalaman yang terjadi di dalam kehidupan manusia itu akan menjadi suatu ilmu pengetahuan baginya baik itu bersifat positif maupun negatif. Ada pula menurut David Hume yang mengatakan bahwa manusia sejak lahir tidak mempunyai pengetahuan sama sekali, pengetahuannya didapatkan melalui pengideraan. Hasil dari pengamatan melalui inderanya, maka menghasilkan dua hal; kesan (impression) dan ide (idea).

Sedangkan Rasionalisme merupakan kebalikan dari empirisme yang berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Akal memang membutuhkan bantuan panca indera untuk memperoleh ilmu dari alam nyata, tetapi hanya akal pula yang mampu menghubungkan ilmu tersebut satu sama lainnya, sehingga terbentuklah ilmu  pengetahuan. 

Menurut Von Glasersfeld (Bakhtiar, 1997: 41), pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berarti dua macam. Pertama, lingkungan yang menunjuk pada keseluruhan obyek dan semua relasinya yang diabstraksikan dari pengalaman. Kedua, lingkungan yang menunjuk pada sekeliling hal itu yang telah diisolasikan.

Jadi dapat di simpulkan bahwa sumber pengetahuan yang diakui keabsahannya dalam perspektif Barat hanya ada dua yaitu rasionalisme dan empirisme.

D. Sumber ilmu pengetahuan jika di lihat dari Perspektif Islam

Berbicara tentang sumber pengetahuan, maka terdapat berbagai istilah yang diberikan oleh pakar pendidikan. Akan tetapi, sudah menjadi kesepakatan umum bahwa Islam memandang sumber utama ilmu adalah Allah. Pakar ilmu pengetahuan islam membagi sumber ilmu pengetahuan menjadi dua yaitu :

1. sumber Ilahi, berupa wahyu atau berita yang benar (al-khabar al-shadiq), yang terdiri dari al-Quran dan al-Sunah serta intuisi (ilham);
2. sumber insani yang terdiri dari akal pikiran yang sehat (al-aql al-salim); dan panca indera (al-hawwas al-khamsah).

Secara pengertian Sumber Ilahi adalah sejenis ilmu pengetahuan yang didatangkan kepada manusia secara langsung dari Allah melalui ilham, wahyu atau mimpi-mimpi yang benar. Dan ilmu yang bersumber dari sumber insani adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman-pengalaman pribadi manusia dan dari kemampuannya dalam melakukan riset, observasi, serta usahanya untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupannya.

Adapaun menurut al-Syaibani (dalam Qomar, 2005: 110), sumber atau saluran ilmu dalam Islam itu amat banyak dan bisa dikembalikan kepada lima sumber pokok, yaitu indera, akal, intuisi, ilham dan wahyu Ilahi. Di dalamnya meliputi pengalaman langsung; perhatian dan pengamatan indera; percobaan-percobaan ilmiah; dan aktivitas-aktivitas ilmiah lainnya. 

Hal ini senada dengan pendapat al-Attas yang membagi sumber pengetahuan (istilah yang digunakan adalah saluran pengetahuan) menjadi empat bagian, yaitu: panca indera (al-hawwas al-khamsah), akal pikiran yang sehat (al-aql al-salim), berita yang benar (al-khabar al-shadiq), dan intuisi (ilham) (Wan Daud, 2003: 158; 2005: 71; Arif, 2005: 28). Sebagaimana yang disinyalir di dalam al-Quran al-Nahl: 78 yang artinya:Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun