Potensi masalah dalam penggunaan ChatGPT juga telah diendus oleh beberapa negara di dunia. Salah satunya adalah Negara Italia yang awal April ini memblokir mesin percakapan canggih tersebut. Italia menjadi negara Barat pertama yang melakukannya.
Otoritas perlindungan data Italia mengatakan, ada masalah privasi yang berpotensi dilanggar oleh perusahaan yang bergerak di bidang kecerdasan buatan tersebut. Sebelum Italia aplikasi ChatGPT juga telah di blokir beberapa negara seperti China, Iran, Korea Utara, dan Rusia.
Setelah diblokir oleh Italia, Badan Kepolisian Eropa, Europol, telah memperingatkan bahwa ChatGPT dan platform-platform percakapan berbasis kecerdasan sejenis berpotensi dimanfaatkan untuk tindak kejahatan seperti penipuan dan kejahatan dunia maya lainnya.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat ternyata tidak diimbangi oleh perkembangan regulasi yang menyertainya. Sehingga hal tersebut membuat sebagian pihak merasa cemas.
Beberapa anggota parlemen Uni Eropa mengatakan, regulasi kecerdasan buatan yang ada saat ini belum bisa mencakup semua potensi masalah yang mungkin terjadi. Sehingga beberapa negara di eropa mulai mempelajari apakah aturan yang lebih tegas diperlukan untuk mengendalikan platform percakapan yang sedang populer ini.
***
Lantas apa yang dapat kita lakukan menghadapi fenomena ini?
Untuk menghadapi teknologi yang super cerdas ini setidaknya harus melalui dua sisi.
Sisi pertama sebagai individu. Harus disadari sebagai individu kita masih belum siap menghadapi perkembangan kemajuan teknologi yang sangat cepat.
Sebagai awam hendaknya kita melihat teknologi sebagai alat bantu untuk mempermudah kita mengerjakan sesuatu atau memahami sesuatu. Dengan titik tumpu utamanya tetap pada skill dan kemampuan kita sebagai manusia.
ChatGPT ditengarai akan membuat manusia semakin malas untuk meng-upgrade skill dan pengembangan dirinya sehingga manusia tidak berkembang dan tetap bodoh.