Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Alin dan Elon: The Series

16 April 2023   10:01 Diperbarui: 18 April 2023   12:25 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(www.kibrispdr.org)

"Romantic Candle Light Dinner"

"Saya nikahkan Carolina Suwitno dengan Herlon Prawiharja dengan mas kawin perhiasan emas dan seperangkat alat sholat," kata sang penghulu.

Terngiang kembali peristiwa bersejarah yang terjadi hampir setahun lalu itu dalam benak Alin. Momen sakral, bahagia sekaligus mengharukan itu membuatnya termangu untuk sesaat di meja kerjanya. Sebagai pasangan yang akan memasuki tahun pertama pernikahan, ia kepingin sekali merasakan dan merayakan anniversary pertamanya itu.

"A, anniversary pertama kita nanti boleh gak aku minta sesuatu," ucap Alin.

"Boleh aja. Apaan tuh?" sahut Elon.

"Aku pengin makan malam yang romantis, pake candle light, dengan hidangan khas Korea, diiringi musik klasik, di tempat yang tinggi sambil menyaksikan bintang-bintang di langit yang bekerlap-kerlip," ungkapnya.

"Wooow!" seru Elon.

"Apa Aa keberatan?" tanyanya.

"Jelas nggak dong, Say! Apa sih yang tidak buat kamu," jawabnya seperti sedang memikirkan sesuatu.

Seminggu kemudian

Di malam yang sudah dinantikan dan dipersiapkan, Elon beraksi.

"Sudah siap, Say?" ujar Elon.

Alin yang penasaran, hanya mengangguk.

"Sekarang buka penutup matamu!" perintahnya.

"Ta daaa! Seperti yang diminta. Makan malam yang romantis, pake candle light, hidangan Korea, diiringi musik klasik, di tempat yang tinggi beratapkan langit yang dipenuhi bintang-bintang yang bekerlip-kerlip," seru Elon.

Ternyata balkon yang biasa jadi tempat jemur pakaian, telah disulap sedemikian rupa oleh Elon. Meja setrika yang tertutup rapat oleh taplak, tampak tersamarkan. Di atasnya terdapat sebuah lilin elektrik yang anti mati jika ditiup angin. Di atasnya juga sudah terhidang dua mangkuk mie instan Korea yang biasa dibeli di toserba. Tak ketinggalan iringan musik klasik dari speaker mini hp wireless-nya Elon. Dan tentunya pemandangan langit malam yang bertaburkan bintang-bintang.

"Oh ya ampun!" seru Alin tak percaya.

Perasaan senang sekaligus kesal bercampur aduk dalam dirinya saat melihat ulah dan kelakuan sang suami.

"Ya sudahlah," gumamnya dalam hati mencoba untuk menerima keadaan dan menikmatinya.

.........

"Lift"

Di hari-hari kerja, lift di gedung pencakar langit itu selalu ramai digunakan oleh para pegawai kantor dan pengguna lainnya. Di antara antrean pengguna lift hari itu ada Alin. Telah bekerja empat tahun disana, ia rutin menggunakan fasilitas itu untuk menuju lantai 11 dimana kantornya berada.

Suatu ketika secara tidak sengaja saat hendak keluar dari lift, Alin menabrak seorang pria yang hendak masuk ke lift. Dengan spontan ia langsung minta maaf. Demikian pula dengan si pria yang tampak buru-buru seperti sedang mengejar sesuatu.

Kejadian aneh hari itu ternyata tidak berhenti sampai disana. Alin dan si pria sama-sama tidak menyangka akan bertemu kembali setelah tabrakan itu. Pada hari itu juga keduanya bertemu kembali secara formal dalam urusan kerja.

Saat si pria mendatangi kantor Alin, ia diminta untuk menunggu di ruang tamu yang disediakan. Sebagai asisten manager yang bertugas hari itu, Alin lalu mendatangi pria itu. Alangkah terkejutnya mereka berdua saat bertemu kembali. Suasana mendadak canggung seketika. Namun bagaimanapun dalam urusan kerja, mereka harus profesional.

Alin terlebih dulu menyapanya, "Selamat siang. Saya Alin. Ada yang bisa saya bantu?"

Si pria lalu memperkenalkan diri lalu menyatakan maksud kedatangannya. Tenyata itu adalah kantor ketiga yang ia datangi di gedung itu pada hari itu. Di akhir pembicaraan, si pria menyinggung kembali insiden lift yang mereka alami sambil berkata, "Maaf atas kejadian tadi. Saya buru-buru karena sudah mepet dengan jadwal di kantor pertama."

Alin tidak mempersoalkannya. Ia menerima satu bundel map berisi proposal produk dari si pria untuk diserahkan nantinya ke sang atasan. Ia tergelitik saat melihat nama yang tertulis di sampul map. "Elon". 

"Kok namanya mirip aku ya?" gumamnya dalam hati.

Alin tipe orang yang linear hidupnya. Sekolah, kuliah terus kerja. Akibatnya ia tidak sempat untuk menjalin hubungan yang serius dengan seorang laki-laki pun. Meski usianya kini sudah kepala tiga, ia tidak terlalu ambil pusing dengan status single-nya. Namun dalam hatinya yang terdalam, ia tidak bisa menyangkal akan pentingnya kehadiran seseorang di dalam hidupnya.

Sebulan berselang, Elon mendatangi kembali kantor Alin. Saat jam istirahat kantor, ia sengaja menemui Alin untuk mengucapkan terima kasih karena proposalnya berhasil diterima. Ia juga ingin menyampaikan permohonan maaf atas kejadian waktu itu. Untuk itu, ia bermaksud meneraktir Alin makan siang.

Alin yang tidak menyangka, sulit untuk menolak ajakan itu. Sebenarnya ia ragu karena itu pertama kalinya ia diajak pergi seorang laki-laki. Namun suara hatinya berkata lain. Lagipula, secara etika dan tata krama, sudah semestinya ia menerima tawaran itu.

Sejak saat itu keduanya mulai menjalin hubungan yang intens dan khusus. Meski demikian, masih ada keraguan yang dirasakan Alin. Berbagai pertanyaan muncul di dalam benaknya.

"Apakah ia orangnya? Benarkah ia orang yang ku tunggu-tunggu selama ini? Bagaimana aku tahu jika keyakinanku itu benar?" renungnya.

Alin percaya bahwa jodoh di tangan Tuhan. Namun ia hanya tak menyangka jika jodoh bekerja semisterius itu. Di usianya yang terpaut empat tahun lebih tua dari Elon, ia menyerahkan sepenuhnya pada kata hatinya. Tiap kali keraguan itu muncul, ia selalu mendengarkan apa kata hatinya. Tak ada yang ia andalkan kecuali kata hatinya.

Setahun lebih pacaran, Elon akhirnya berlutut di hadapan Alin seraya berucap dengan penuh kesungguhan. "Will you marry me?"

Alin hanya mengangguk meresponsnya sambil sesenggukan karena haru sekaligus bahagia.

"Bing!" Lift berhenti di lantai 11. Seketika Alin tersadar dari lamunannya. Saat pintu lift terbuka, ia segera bergegas keluar meninggalkan spot yang penuh kenangan itu.

...........

"Perhelatan Langka"

Selepas jam kantor usai, Alin langsung pulang. Ia pengin buru-buru menenangkan diri setelah berjibaku seharian di tempat kerjanya. Ada perasaan lega setiap kali melewati hari senin dalam dirinya.

Ia biasanya pulang lebih dulu daripada Elon karena jarak kantornya yang lebih dekat dengan apartemen. Kalau kemacetan sore tidak terlalu parah, Alin hanya butuh waktu kurang dari setengah jam untuk bisa sampai ke apartemennya.

"Oh, betapa tenangnya!" ucapnya saat kembali ke kamarnya.

Namun mood-nya mendadak berubah saat mencium sesuatu yang kurang enak.

"Bau apa ini?" keluhnya langsung mencari sumbernya.

"Gimana sih Aa kok gak dibuang sampahnya," ocehnya setelah mengetahui asalnya.

Saat hendak mencuci tangan, ia menjadi kesal lantaran mendapati keran wastafel tidak ditutup dengan rapat.

"Aduh ya ampun! Ceroboh amat sih!" omelnya.

Setelah dua gangguan tersebut, ia coba menenangkan kembali suasana hatinya. Ia lalu mengambil air minum untuk menghilangkan hausnya.

"Glebek, glebek, glebek!" Cangkir baru terisi separuh tapi air dalam dispenser sudah habis.

"Ahhh!" gerutunya memuncak.

Setelah serangkaian kekesalan itu, ia merebahkan diri di pembaringan sambil masih menahan jengkel. Pandangannya tertuju pada foto wedding dirinya dan sang suami yang dipajang di dinding di samping tempat tidurnya. Lamunannya melayang ke saat dimana hubungannya dengan Elon sempat genting dan terombang-ambing.

Setelah Alin menerima lamaran Elon, keduanya sepakat untuk segera naik ke pelaminan. Namun kenyataan berkata lain. Rencana itu menemui kendala karena kondisi dunia yang masih abnormal akibat adanya pandemi. Hanya ada dua plihan bagi mereka. Tetap melangsungkan pernikahan atau menunda sampai pandemi berakhir.

Karena tahun 2021 itu pandemi sedang marak-maraknya, mereka dengan sangat terpaksa harus menunda rencana tersebut. Alih-alih mereda, keadaan malah bertambah parah. Karena tidak ada kepastian kapan pandemi akan berakhir, mereka berubah pikiran dan segera mengeksekusi rencana itu. Akhirnya awal 2022 rencana besar itu baru bisa diwujudkan.

Hari yang dinantikan dan bersejarah itu tiba. Tidak pernah terbayangkan atau terpikirkan oleh Alin dan Elon, akan menikah di kala pandemi seperti itu. Bahkan melangsungkan acaranya di KUA dengan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan harus untuk diikuti.

Menerapkan prokes ketat, setiap orang diwajibkan memakai masker dan dicek suhu tubuhnya. Selain penghulu, petugas KUA, dan penceramah, acara hanya dihadiri keluarga inti kedua mempelai. Kedua orangtua Alin dari Jawa bersama adik Alin beserta beberapa orang kerabat lainnya. Kedua orangtua Elon dari Bandung bersama kedua kakak Elon beserta istri-istrinya. Totalnya tidak lebih dari dua puluh orang yang hadir.

Tepat jam sembilan acara dimulai. Mengenakan pakaian serba putih, kedua mempelai menjadi pusat perhatian para hadirin. Serangkaian acara yang meliputi akad nikah, foto, khotbah, dan prasmanan nasi dus, dilakukan dengan cepat dan ringkas. Semua disetting agar tidak lebih dari satu jam karena setelahnya akan diadakan kembali perhelatan yang sama oleh pasangan lainnya.

Bahagia dan lega terpancar dari wajah Alin dan Elon saat acara selesai digelar. Saat bersamaan ada perasaan aneh yang dirasakan karena telah melalui perhelatan penting dan sakral itu dalam kondisi seperti itu. Sebuah perhelatan yang tak terlupakan dan penuh kenangan.

Alin tersenyum saat mengenang kembali peristiwa demi peristiwa dari perhelatan langka itu. Pengalaman mengajarkannya untuk selalu ingat jika dulu pernah bersusah-payah untuk bersatu. Jadi, tidak baik dan bijak jika ribut akan hal-hal kecil dan remeh-temeh.

Dari luar kamar terdengar bunyi kunci pintu yang diputar. "Ceklek, ceklek!" Lalu diikuti pintu yang dibuka. Dari baliknya muncul Elon sambil berseru, "Aku pulang!"

........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun