"Sudah siap, Say?" ujar Elon.
Alin yang penasaran, hanya mengangguk.
"Sekarang buka penutup matamu!" perintahnya.
"Ta daaa! Seperti yang diminta. Makan malam yang romantis, pake candle light, hidangan Korea, diiringi musik klasik, di tempat yang tinggi beratapkan langit yang dipenuhi bintang-bintang yang bekerlip-kerlip," seru Elon.
Ternyata balkon yang biasa jadi tempat jemur pakaian, telah disulap sedemikian rupa oleh Elon. Meja setrika yang tertutup rapat oleh taplak, tampak tersamarkan. Di atasnya terdapat sebuah lilin elektrik yang anti mati jika ditiup angin. Di atasnya juga sudah terhidang dua mangkuk mie instan Korea yang biasa dibeli di toserba. Tak ketinggalan iringan musik klasik dari speaker mini hp wireless-nya Elon. Dan tentunya pemandangan langit malam yang bertaburkan bintang-bintang.
"Oh ya ampun!" seru Alin tak percaya.
Perasaan senang sekaligus kesal bercampur aduk dalam dirinya saat melihat ulah dan kelakuan sang suami.
"Ya sudahlah," gumamnya dalam hati mencoba untuk menerima keadaan dan menikmatinya.
.........
"Lift"
Di hari-hari kerja, lift di gedung pencakar langit itu selalu ramai digunakan oleh para pegawai kantor dan pengguna lainnya. Di antara antrean pengguna lift hari itu ada Alin. Telah bekerja empat tahun disana, ia rutin menggunakan fasilitas itu untuk menuju lantai 11 dimana kantornya berada.
Suatu ketika secara tidak sengaja saat hendak keluar dari lift, Alin menabrak seorang pria yang hendak masuk ke lift. Dengan spontan ia langsung minta maaf. Demikian pula dengan si pria yang tampak buru-buru seperti sedang mengejar sesuatu.