Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sengkarut (1/2)

24 September 2022   10:10 Diperbarui: 24 September 2022   10:13 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terdengar bunyi klakson kendaraan seakan saling bersahut-sahutan sehingga membuat Bang Udin tersadar dari lamunannya. Tak disangka sebuah mobil yang tidak asing baginya melintas pelan di hadapannya. Di tengah kondisi jalan yang padat merayap, terlihat cukup jelas penumpang di dalam mobil sedan putih itu.
 
"Nyonye Mukti dengan seorang laki-laki. Tapi jelas bukan Tuan. Kayaknye masih muda orangnye. Kelihatannye akrab banget," gumamnya.

Mendadak ia teringat cerita istrinya. Saat itu ia tidak terlalu menanggapi karena tidak percaya. Ia malah menganggap istrinya sudah berburuk sangka pada Nyonya.

"Lu jangan gosip aje, Min. Gak baek. Dose tau," ujarnya.

"Aye gak gosip, Bang. Aye cerite ape adenye. Aye lihat sendiri si laki-laki tuh dateng ke rumah ketemu Nyonye. Malah aye sendiri yang nyuguhin minum waktu die bertamu. Terus due tige kali aye denger gak sengaje mereka lagi ngobrol di telepon," kilahnya.

"Bener tuh kate Mineh. Sekarang aye udeh lihat langsung dan ngebuktiin. Kalo emang hal itu bener terjadi, kebangetan deh Nyonye. Gak kasihan ape same Tuan. Kalo tar ketahuan, ape jadinye nanti rumeh tanggenye," gumamnya sambil menatap mobil itu berlalu dari hadapannya.

........

Tuan Mukti adalah sosok pengusaha muda sukses yang punya segalanya. Harta kekayaan, kedudukan, status sosial, reputasi, relasi, istri, dan anak dimilikinya semua. Namun ada satu hal yang belum ia rasakan dan membuatnya terobsesi untuk meraihnya. Apalagi kalau bukan kekuasaan dan jabatan publik. Hal itulah yang kemudian mendorongnya untuk ikut kontestasi pemilu legislatif tahun 99.

Siang itu, ada hal yang tidak biasa dilakukan Tuan Mukti. Disodori selembar kartu nama berisikan sebuah alamat, Herman disuruh Tuan mengantarnya ke alamat tersebut. Herman tahu banyak jalan di Jakarta karena sebelum jadi sopir Tuan Mukti, ia sudah narik angkot sejak remaja.

Saat sopir sebelumnya berhenti karena sakit-sakitan, ia ditawari Mpok Mineh untuk menggantikannya. Herman yang tinggal tidak jauh dari rumah Mpok Mineh dan Bang Udin, tanpa pikir panjang menerima pekerjaan tersebut. Itu sebabnya ia merasa sangat berutang budi pada Mpok Mineh.

Tiba di sebuah SPBU sesuai dengan alamat yang tertulis, seorang pria mendatangi mobil Tuan Mukti yang baru terparkir. Pria itu lalu masuk ke mobil dan tak lama kemudian mobil berjalan kembali. Berada di dalam mobil yang sama, tak pelak percakapan antara tuan dan tamunya itu, didengar langsung oleh Herman.

"Pak Mukti tak perlu khawatir. Jumlah suara segitu bukan masalah. Kami bisa membantu anda mewujudkannya. Banyak yang sudah memakai jasa kami. Mereka sudah membuktikan sendiri hasilnya. Berbagai posisi penting dan strategis dalam pemerintahan mereka tempati. Namun kami tidak bisa menyebutkan nama mereka karena itu rahasia dan tidak etis. Bahkan saya pun tidak bisa memberi tahu Bapak identitas saya sebenarnya karena terikat dengan kode etik kami," tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun