Tak lama berselang, Bapak masuk menemui Ibu dan mengatakan sesuatu padanya. Raut wajah Ibu mendadak berubah dan terdiam sesaat. Bapak lalu menghampiriku seraya berkata, "Kakak jaga Ibu, ya."
Kami benar-benar tidak menyangka sejak hari itu kami berpisah dari Bapak. Raut wajah Ibu semakin bertambah sedih saat menyaksikan Bapak digiring masuk ke dalam mobil tahanan. Tangis Ibu tak tertahan saat melepas kepergian Bapak. Meski belum mengerti apa yang sedang terjadi, aku bisa merasakan kesedihan yang dirasakannya.
.......
Bapak dituduh telah melakukan korupsi di tempatnya bekerja. Ia dituding telah menyalahgunaan kekuasaan dan wewenang yang dimiliki untuk memperkaya diri sendiri sehingga menyebabkan kerugian pada negara. Bukti-bukti telah dikumpulkan dan akan segera diajukan ke meja hijau.
Semua disangkal Bapak. Bagaimana mungkin ia melakukan korupsi sementara apa yang dikerjakannya diketahui dan sesuai perintah atasannya. Lagipula itu merupakan team work. Apa yang dituduhkan itu sangat mengada-ada dan fitnah besar. Untuk keperluan pembelaan, Om Yadi, kakaknya Bapak, telah menyiapkan pengacara untuknya.
Bagi keluarga besar kami, kasus ini dari awal penuh kejanggalan. Bapak seperti sengaja dijadikan kambing hitam demi menutupi permainan kotor dari segelintir elit yang berkuasa. Bapak adalah korban dari birokrasi yang bobrok sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh kelompok atau kepentingan tertentu.
Namun kami tidak berdiam diri dengan ketidakadilan itu. Kami yakin Bapak tidak bersalah karena tidak melakukan seperti yang dituduhkan. Kami akan berjuang terus hingga keadilan itu akan tegak dan kebenaran akan terungkap.
......
Pasca penjemputan itu, hidup kami yang tenang mendadak berubah. Keluarga besar Ibu dan Bapak datang silih berganti ke rumah kami untuk menyatakan simpati dan dukungan. Bagi mereka, Bapak dikenal sebagai pribadi dengan karakter yang baik dan bermoral sejak kecil. Mereka yakin Bapak tidak melakukan hal jahat itu.
Dalam suasana lara itu, Ibu dan aku bersama Om Yadi, mengunjungi ibunya Bapak di Bandung. Saat melihat kami datang tanpa Bapak, beliau seperti sudah punya firasat. Meski sudah agak pekak karena faktor usia, Nenek memahami perihal Bapak tersebut. Ia mengatakan bahwa Ben akan melakukan perjuangan seperti ayahnya dulu. Ia meminta kami bersabar dan tegar dalam menjalani ujian itu.
Bela Negara adalah nama yang diberikan Nenek pada Bapak untuk mengenang Kakek yang gugur dalam pertempuran Bandung Lautan Api. Dengan nama panggilan Ben, Bapak lahir hanya selang sebulan setelah pertempuran yang merenggut nyawa Kakek. Dari genealogi ini, Bapak memang punya darah pejuang. Dengan nama yang disandangnya, Bapak seolah ditakdirkan untuk menjalani itu.