Lagu Indonesia Raya berkumandang di seantero ruangan dalam aula besar itu, menandai dimulainya rangkaian acara wisuda di universitas tersebut. Hari itu hari yang istimewa dan membahagiakan bagi kami sekeluarga. Aku hadir bersama kedua orangtuaku.
Bersama para wisudawan dan wisudawati lainnya, aku menunggu giliran untuk dipanggil naik ke podium guna menerima seremoni kelulusan. Dengan perasaan excited sekaligus berdebar, tibalah giliranku.
"Bakti Persada dengan predikat cum laude!" panggil si pembawa acara.
Dengan mata berkaca-kaca, Ibu terlihat terharu. Dalam ingatanku, Ibu selalu hadir di setiap acara kelulusan sekolahku namun tanpa didampingi Bapak. Beliau tidak dapat hadir karena dalam masa tahanan. Ini kali pertama Bapak menghadiri acara kelulusanku setelah dinyatakan bebas setahun terakhir.
.......
Sembilan tahun sebelumnya
Tidak ada yang aneh di Sabtu pagi itu sampai ketika datang sebuah mobil dan berhenti di depan rumah kami. Dari dalam mobil itu, turun tiga orang pria berseragam polisi.
Masih cukup jelas dalam ingatanku yang berusia sebelas tahun kala itu. Salah seorang dari mereka menyapaku yang sedang bermain di teras.
"Permisi, Dik. Apa disini rumahnya Pak Bela Negara?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk lalu dia menyuruhku memanggil Bapak. Terkejut dengan yang ku sampaikan, Bapak segera menemui mereka. Ku lihat Ibu tampak tidak tenang. Ia lalu mendekat ke arah gorden seperti hendak menguping pembicaraan Bapak dan tamunya.