.......
Minggu pagi itu di sebuah pemukiman padat penduduk, terjadi hal yang langka dan menghebohkan. Beberapa orang pria berseragam polisi menyatroni deretan kosan yang memanjang dan bertingkat. Dari sana mereka mengamankan seorang perempuan sekaligus membawa sejumlah barang bukti hasil dari penggeledahan di kamarnya. Keberadaannya memang sudah diincar petugas satu dua hari sebelumnya.
Si perempuan tampak tenang dan tidak melakukan perlawanan saat didatangi dan dijemput oleh petugas. Ia hanya diam menyaksikan para petugas memenuhi kamar sempitnya yang berukuran 3 x 2,5 meter persegi itu. Ia pun menurut saja saat hendak digelandang ke kantor polisi guna dimintai keterangan.
Belum seminggu berlalu sejak kasus mumi itu terkuak, Komandan sudah mengantongi nama-nama calon tersangka dari kasus yang sedang ia tangani. Dari beberapa nama tersebut, akhirnya mengerucut pada sebuah nama. Dari pengalamannya, Komandan telah membuktikan jika instingnya selama ini jarang sekali meleset dari kenyataan sesungguhnya.
Di ruang interogasi itu, Komandan berhadap-hadapan dengan perempuan urutan teratas yang paling dicurigai dalam daftarnya. Bak petinju yang akan bertarung di atas ring, kesempatan itu seperti ajang pembuktian dan pertaruhan bagi dirinya. Semua daya dan upaya akan ia kerahkan demi mengungkap pelaku sekaligus menuntaskan kasus yang mulai menyita perhatian publik itu.
"Selamat siang! Perkenalkan saya Inspektur Vito. Izinkan saya untuk bertanya pada anda. Untuk itu, mohon bantuan dan kerja samanya. Nama anda?" sapanya.
"Ranti," jawabnya.
"Anda tahu kenapa ada disini," tanyanya.
"Tidak, Pak," katanya.
"Apakah anda kenal seorang wanita bernama Hilda?" ucapnya sambil menunjukkan sebuah foto.
Mendadak raut wajahnya berubah seraya bicara dengan mengiba-iba, "Saya benar-benar tidak tahu-menahu tentang jasad di kamar itu. Kondisinya sudah tak bernyawa saat ditemukan. Sungguh saya tidak melakukan apapun padanya. Saya hanya bekerja sementara saja di rumah itu."