Siksaan itu terus berlanjut saat ia hendak diseret naik ke atas tangga. Badannya seakan remuk saat bertumbukan dengan setiap anak tangga yang berundak-undak. Hampir-hampir ia tidak sadarkan diri karena begitu hebat sakit yang dialaminya. Dan ia merasa itu adalah akhir dari hidupnya.
Saat sedikit lagi mencapai bibir lantai atas, ia kembali merasakan seperti ada kekuatan lain yang menahan laju dirinya ke atas. Namun kekuatan itu justru menariknya ke arah yang berlawanan. Dalam kelemahannya, ia berharap agar hidupnya belum akan berakhir.
"Mungkinkah itu adalah malaikat penyelamat yang akan membebaskanku dari penderitaan dan kekuatan jahat yang saat ini sedang menindasku dengan sangat kejam?" kata hatinya.
Harapan itu tampaknya terwujud saat sang penyelamat muncul di hadapannya. Lalu terdengar suara memanggilnya. "Ranti! Ranti! Kau bisa dengar aku?"
"Mas, apakah itu engkau?" jawabnya setengah sadar.
"Ya, ini aku Bagas. Aku datang untukmu, Ran. Bertahanlah! Aku akan membawamu keluar dari sini," ujarnya sambil mendekap dan membopongnya.
.......
Tidak ingin berisiko, malam itu juga Ranti langsung dilarikan ke klinik terdekat. Dengan kaki kiri yang terkilir ditambah luka lecet, sobek, dan memar di beberapa bagian tubuhnya, kondisi Ranti terlihat sangat mengkhawatirkan bagi Bagas. Meski begitu, dokter yang menanganinya cukup yakin ia bisa pulih kurang dari seminggu.
Bagas tertegun saat menatap Ranti yang terbaring lemah dan masih belum sadarkan diri. Ia benar-benar tak menyangka Ranti bisa sekolaps itu. Sebuah pertanyaan besar meliputi Bagas tentang apa yang sesungguhnya terjadi di rumah itu. Terlepas dari itu, ia beruntung mendapati Ranti masih bernyawa dan menyelamatkannya. Ia tak tahu apa jadinya kalau saja ia terlambat datang atau tidak menemukan keberadaan Ranti.
Saat panggilan telepon itu masuk, ia sedang berkendaraan pulang dari kerja. Saat diangkat, betapa terkejut dirinya ketika mendengar teriakan dan jeritan Ranti. Dengan spontan ia langsung memacu motornya ke kosan Ranti namun ternyata ia tidak berada disana. Instingnya mengatakan ia ada di rumah itu dan ternyata memang tepat setelah disatroni.
Masih segar dalam ingatannya saat Ranti bicara mengenai pekerjaan part time-nya itu. Ada firasat kurang baik saat pertama kali mendengarnya. Ia lalu mewanti-wanti Ranti akan hal itu. Akan tetapi rasa penasaran telah membutakannya. Sekarang apa yang dikhawatirkannya justru malah terjadi.