Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ranti (2/3)

23 Juli 2022   10:01 Diperbarui: 23 Juli 2022   10:04 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sociallykeeda.com)

Namun saat bersamaan, ia kembali merasakan keanehan seperti waktu itu. Aroma asap dupa kembali menyeruak ke seluruh ruangan. Tak hanya itu, dari kamar atas kembali terdengar sayup-sayup suara tv yang kian lama kian jelas kedengarannya.
 
"Oh, tidak! Aku pasti berhalusinasi lagi. Bukan, bukan! Aku hanya lelah dan perlu istirahat. Itu saja! Dan aku harus segera keluar dari sini," ujarnya sambil buru-buru naik ke lantai atas untuk mengambil sweater-nya yang ketinggalan.

"Krek, krek ... krek, krek!" Terdengar bunyi dari kamar pojok selain suara tv. Sekali lagi, rasa penasaran kembali mendorongnya untuk mengungkap keanehan itu sekaligus menyingkap misteri di seputar kamar tersebut.

Mendadak ia teringat pesan Bu Hilda beberapa waktu lalu yang melarangnya masuk ke kamar itu. Sempat merasa ragu namun ia tidak ingin belenggu keraguan itu terus mengekang dirinya. Ia harus menguak sendiri berbagai keanehan itu jika memang harus begitu. Lagipula Bu Hilda tidak pernah terbuka padanya selama ini.

Dengan perasan berdebar, ia mendekat ke pintu kamar itu. Sambil mengetuk, ia berkata, "Apa ada orang di dalam?"

Tak kunjung mendapat jawaban, ia meraih gagang pintu kamar itu yang ternyata tidak terkunci. Jantungnya berdebar saat pintu itu terbuka. Perasaan takut seketika meliputinya saat hendak melangkah masuk. Meski begitu, ia bersikukuh tetap masuk demi sesuatu yang ingin ia buktikan.

Kamar itu gelap tanpa ada lampu dan hanya memperoleh cahaya dari layar tv yang menyala. Jantungnya berdegup kencang saat mengetahui di depan tv itu ada sosok yang sedang duduk di kursi goyang. Baru ia ketahui bila bunyi "krek, krek" itu ternyata berasal dari gerakan kursi goyang yang bergesekan dengan lantai parket kayu.

Tatapannya menegang saat mendekati sosok yang mengenakan jubah dengan penutup kepala itu. Dan semakin tegang saat ia mencoba melihat dengan jelas sosok yang duduk membelakanginya itu. Dalam remang-remang kamar, sosok misterius itu tampaknya seperti seorang wanita terlihat dari rambutnya yang tergerai ke depan.

Namun ia bergidik saat hendak memastikan kondisi wanita itu. Ketakutannya kian bertambah karena tak ada cara lain baginya selain melihatnya lebih dekat. Dalam suasana mencekam itu, hal sangat menakutkan terjadi. Ketika sosok wanita itu disentuh pundaknya, seketika tubuhnya miring, terhuyung-huyung lalu ambruk ke depan.

Wanita itu ternyata sudah tidak bernyawa lagi dengan jasad yang sudah kaku. Saat penutup kepalanya tersingkap, tampak matanya terbelalak dan mulutnya menganga.

"Arrrhhh!" jeritnya histeris.

Menyaksikan pemandangan mengerikan tersebut, spontan ia lari tunggang-langgang keluar dari kamar itu. Saat buru-buru menuruni tangga kayu itu, kakinya tergelincir sehingga membuatnya tersungkur dan menghantam pinggir tangga sebelum akhirnya terguling di atas bordes tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun