Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anonim 4/4 (Selesai)

14 Mei 2022   10:01 Diperbarui: 14 Mei 2022   10:34 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir tak jauh beda dengan malam-malam sebelumnya, wanita itu menyambut kedatangan suaminya yang baru pulang kerja. Tanpa banyak bicara, ia langsung membawakan tas sang suami lalu bergegas menuju meja makan. Sambil menunggu sang suami keluar dari kamar, sang istri tampak sibuk mempersiapkan makan malam.

"Makan, Pa," ucapnya.

Tanpa berkata, sang suami langsung duduk dan menyantap hidangan yang disediakan sang istri. Terjadi keheningan beberapa saat di antara keduanya. Suasana demikian bukan lagi hal yang aneh bagi mereka terutama dalam beberapa bulan terakhir.

Sudah tujuh tahun lebih usia pernikahan mereka berjalan. Akan tetapi kehadiran sang buah hati yang diharapkan di tengah mereka belum juga kunjung datang. Berbagai upaya dan pengobatan medis modern maupun tradisional sudah dilakukan. Bahkan berobat ke luar negeri pun pernah ditempuh. Namun belum juga membuahkan hasil.

Perlahan-lahan harapan itu berangsur memudar. Meski demikian, keinginan itu masih tetap mengendap di dalam hati keduanya namun tidak semenggebu dulu lagi. Seiring waktu mereka sudah tak ambil pusing lagi dengan kenyataan yang ada dan cenderung apatis.

Pada saat bersamaan, kerenggangan mulai terasa. Bukan karena ketiadaan momongan dan juga kesibukan kerja. Akan tetapi, kondisi tersebut seperti terjadi begitu saja. Mereka seakan tertarik ke dunianya masing-masing. Seolah ada dinding penyekat antara keduanya. Meski demikian, mereka tidak berusaha untuk meruntuhkan sekat tersebut. Malah menganggap biasa dan tidak mempermasalahkannya.

Seperti di malam itu, keduanya duduk bersama di meja makan. Fisiknya hadir tapi benaknya melayang entah kemana. Dalam keheningan itu sesekali terdengar suara sendok dan piring yang saling beradu dilatari suara tv yang berada tidak jauh dari mereka. Kesunyian itu akhirnya pecah saat sang istri angkat bicara.

"Gimana ikan bakarnya, Pa?" tanyanya.

"Enak," jawabnya sambil mengangguk-angguk.

"Mau tambah lagi?" bujuknya.

"Enggak, cukup," tolaknya sambil menggelengkan kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun