Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anonim 4/4 (Selesai)

14 Mei 2022   10:01 Diperbarui: 14 Mei 2022   10:34 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak merasa curiga dengan gerak-gerik Papa, Mama pikir itu wajar-wajar saja. Dengan adanya hp, komunikasi jadi lebih mudah dan cepat. Papa mungkin baru merasakan manfaat dari teknologi hp itu dan kerap menggunakannya  sehingga terkesan euforia. Tak ubahnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan.

Mama baru menyadari gelagat Papa itu setelah dirinya tiada. Kedekatan dan kehangatan itu seakan menjadi pertanda jika Papa hendak pergi untuk selamanya. Papa seolah hendak memberikan salam perpisahan yang terakhir pada Mama.

Semakin menyadari hal tersebut, semakin besar duka lara yang Mama rasakan. Betapapun banyak air mata yang jatuh tertumpah. Betapapun haru isak tangis yang terurai. Namun apa hendak dikata. Pena sudah diangkat, tinta sudah mengering. Begitulah takdir yang sudah ditetapkan Sang Pencipta. Tak dapat diubah. Hanya bisa diterima dan dijalani walau dengan berat hati.  

......

Momen itu begitu emosional bagi Mama. Bangga dan bahagia bercampur haru menyelimuti suasana hatinya. Hanya berselang tiga bulan setelah kepergian suaminya, Mama terpaksa harus menghadiri dan menyaksikan wisuda sang anak sendirian tanpa kehadiran sang suami.

Meski berusaha kuat dan tegar selama acara berlangsung, Mama tak kuasa menahan kesedihan hatinya. Teringat mendiang suami, beberapa kali ia menyeka air matanya. Bahkan di saat pemotretan bersama sang anak, raut kesedihannya tak mampu disembunyikan dan tampak jelas terlihat.

......

Dengan membawa semangat idealisme dalam dirinya, sang anak bermaksud untuk masuk ke politik pasca lulus kuliah. Namun keinginannya itu dihadapkan pada kenyataan lain. Demi kelangsungan bisnis turun-temurun keluarga, ia diminta untuk menjadi penerus perusahaan. Menurut Mama, kalau bukan si anak lantas siapa lagi.

Dihadapkan pada piihan sulit, ia tidak langsung memberikan jawaban. Ia paham kepergian Papa telah membuat Mama jadi berubah. Kerelaannya untuk melepas kepergian Papa masih belum begitu tampak pada dirinya. Suasana hatinya juga masih belum pulih sepenuhnya hingga berlangsung beberapa bulan lamanya.

Ini merupakan fase sulit yang harus dijalani Mama. Butuh tekad dan kemauan yang kuat baginya agar bisa keluar dari kondisi berat tersebut. Dan yang bisa melakukan perubahan itu hanyalah dirinya sendiri. Ia hanya berharap semoga Mama bisa segera menemukan kembali dirinya dan bangkit dari keterpurukan.

Konflik batin melanda dirinya. Sadar tak mungkin menentang Mama, ia terpaksa realistis menyikapi keadaan. Di satu sisi, sulit baginya untuk mengabaikan keinginan dirinya begitu saja. Di sisi lain, ia tidak ingin mengecewakan Mama terlebih dalam kondisi seperti itu. Hanya Mama yang kini ia miliki setelah Papa tiada. Apapun akan ia lakukan demi kebaikan dan kebahagiaan bersama Mama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun