Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anonim (3/4)

2 April 2022   10:17 Diperbarui: 2 April 2022   10:17 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia bukan tidak mampu melakukan hal yang sama. Dengan sumber daya alam dan manusia yang dimiliki, Indonesia sangat mungkin mengikuti jejak Singapura. Dengan semangat dan tekad kuat disertai kerja keras, tidak menutup kemungkinan suatu hari kelak Indonesia bisa sejajar dengan Singapura atau bahkan melebihinya.

Terdorong akan hal itu, ia mulai terlibat dalam organisasi kemahasiswaan. Dengan membawa idealisme semacam itu, berbagai aksi dan demonstrasi ia ikuti. Kadang tidak sedikit aktivitas itu berakhir dengan pembubaran dan kericuhan. Hal itu dikarenakan rezim Orba sangat  sensitif dan alergi dengan segala macam kritik meski itu positif dan membangun sekalipun.

Saat pecah reformasi 98, ia berada di akhir tahun kedua perkuliahan. Sehari setelah peristiwa penembakan di Trisakti, ribuan mahasiswa dan pelajar dari Jakarta dan sekitarnya turun ke jalan melakukan aksi long march menuju Universitas Trisakti. Mereka mengutuk keras aksi represif dan brutal aparat terhadap mahasiswa sehingga menimbulkan korban jiwa.

Sambil membawa spanduk, mereka meneriakkan yel-yel reformasi. Mereka berkumpul disana untuk menyatakan solidaritas dan bela sungkawa mereka atas tragedi tersebut. Mereka juga berjanji akan terus melanjutkan perjuangan agar apa yang diamanatkan dari gerakan reformasi dapat tercapai.

......

Di hadapan barisan aparat yang sudah berjaga dan bersiaga dengan peralatan lengkap, satu per satu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi bergantian menyampaikan orasinya. Tampak jelas ketegangan mewarnai kedua belah pihak. Mewakili almamaternya, sang mahasiswa didaulat untuk berorasi.

"Rekan-rekan mahasiswa juga pelajar sekalian. Kita sama-sama mengetahui peristiwa tragis yang menimpa rekan-rekan kita sesama mahasiswa kemarin. Kita mengecam keras tindakan penyerangan dan kekerasan aparat terhadap mahasiswa yang berdemonstrasi dengan damai di dalam kampus. Untuk itu, tiada kata lain bagi kita selain terus berjuang melanjutkan perjuangan rekan-rekan kita yang telah mengorbankan jiwa raganya demi tegaknya reformasi. Kita harus terus berjuang sampai tujuan reformasi ini bisa tercapai. Hidup mahasiswa! Hidup reformasi!"

Seiring siangnya hari, suasana semakin memanas. Tiba-tiba saja gas air mata ditembakkan ke arah pendemo beberapa kali. Sontak semua orang kocar-kacir dibuatnya. Sang mahasiswa yang berada di barisan depan, sambil menahan mata yang perih segera bergerak mundur masuk ke dalam area kampus.

Tanpa disadari, dari balik kabut tipis muncul seorang aparat berpakaian lengkap lalu mendorongnya dengan memakai tameng sehingga membuatnya terjerembab ke belakang. Tanpa ampun sang mahasiswa lalu diringkus dengan tangan diborgol. Dengan wajah tertelungkup ke tanah, ia hanya bisa menyaksikan pemandangan chaos terjadi di sekitarnya dengan pasrah.

.......

Malam itu, Mama tampak cemas. Ia buru-buru mematikan televisi yang tiada henti dari sore menyiarkan berita bentrokan yang terjadi antara aparat dan mahasiswa. Terlintas di benaknya tragedi berdarah Trisakti yang baru satu hari berlalu. Membuatnya khawatir jika terjadi sesuatu pada si anak. Sementara itu, Papa terlihat beberapa kali menelepon sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa untuk menanyakan perihal anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun