"Bukan salah Abang. Ini sudah takdir ane. Sampaikan salam ane pada pada Bapak dan Emak. Mungkin besok lusa ane bersama yang lainnya akan diberangkatkan dengan menggunakan kapal laut," katanya.
Fendi meneteskan air mata melihat sang adik yang berlalu dari pandangannya. Ia hanya tertegun menyaksikan Gani yang dipanggil petugas untuk pendataan lalu setelah itu ia digiring masuk bersama para pria lainnya ke barak-barak yang sudah disediakan. Dengan suara lirih, terlantun doa singkat dari Fendi, "Ya, Tuhan. Lindungilah Gani dalam hidupnya saat ini dan seterusnya. Berikanlah ia ketabahan dalam melalui semua ini. Kumpulkanlah kami kembali suatu hari nanti atau di akhirat kelak di tempat yang terbaik disisi-Mu."
.........
Di suatu sore, Sapto kedatangan tamu yang tak asing. Seminggu lebih berlalu sejak peristiwa penangkapan Gani, Amir mampir ke rumah Sapto. Dalam hati kecilnya, Amir merasa menyesal telah memberi tahu Meneer tentang kemunculan Gani yang mencurigakan beberapa kali di sekolah menemui Julia. Entah mengapa waktu itu ia spontan membeberkan hal itu tanpa berpikir panjang mengenai dampaknya di kemudian hari.
Amir menanyakan kabar Sapto. Ia sangat bersedih saat mendengar Gani dikirim ke Suriname. Ia merenungkan mengapa Gani begitu berat cobaan hidupnya. Ia mendoakan yang terbaik baginya meski Gani berada nun jauh disana. Ia lalu memberi tahu Sapto bahwa keluarga van Deek akan pindah ke Bandung bulan depan.
Sapto lalu menanyakan kabar Julia. Sebagai kepala urusan rumah tangga menggantikan Sapto, Amir mengatakan Julia tidak sekolah lagi karena khawatir diejek dan dipermalukan di sekolah. Lagipula ia sedang mengandung sehingga disuruh diam di rumah saja oleh kedua orangtuanya. Amir minta izin menyampaikan perihal Gani kepada Julia jika Sapto tidak keberatan. Sapto membolehkannya dan menghargai kunjungannya itu.
......
Sejak kepergian Gani, Bapak kerap melamun. Begitu besar penyesalan dan rasa bersalahnya. Ia masih belum bisa merelakan apa yang terjadi pada sang anak. Ia kecewa dan marah karena maksud yang ia utarakan ke Peter hari itu tidak digubris sama sekali. Betapa teganya Peter padahal ia dulu sempat melayani dan mengurus keluarga van Deek. Seolah semua itu tiada artinya baginya.
Suatu ketika, ia diundang ke sebuah acara di pesantren tempat Fendi mengajar. Disana sang penceramah dengan berapi-api menyampaikan ceramah yang bertemakan jihad dalam melawan penjajah Belanda. Benaknya langsung terbawa pada sosok Raymond. Masih terngiang saat Raymond mencaci-maki dirinya. "Di tanah Batak, aku akan menghabisi orang-orang sepertimu," kenangnya.
Sapto tergugah hatinya dengan isi ceramah itu. Sejak saat itu, ia sudah memutuskan untuk berjihad melawan tentara kolonial Belanda di tanah Batak. Sebuah tempat yang disebutkan dengan gamblang oleh Raymond kepadanya di hari naas itu.
Saat niat itu disampaikan ke istrinya, Emak sangat bersedih. Setelah ditinggal Gani, kini giliran Bapak yang akan menyusul dengan memutuskan pergi. Namun Emak tak dapat menghalangi Bapak yang sudah bertekad bulat dan kuat. "Aku hanya bisa menebus perasaan bersalah dan penyesalanku hanya dengan melakukan itu. Maafkan aku jika kau tidak dapat menerimanya," tutur Bapak disambut linangan air mata Emak.