.......
Seperti yang sudah dijanjikan, Gani menanti di seberang sekolah pagi itu. Setelah beberapa saat yang mendebarkan, akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu dan idamkan selama ini sudah terlihat di depan matanya. Ia menghampiri Julia sesaat setelah delman yang membawanya tiba.
"Goedemorgen, Meisje," sapa Gani dengan ramah.
"Goedemorgen, Gani," balasnya dengan senyum merekah.
"Apa kabar?" tanyanya.
"Baik. Terima kasih sudah datang menemuiku," jawabnya.
"Aku sangat senang bertemu denganmu," lanjutnya.
"Ada apa, Meisje? Anda tampak murung," ucap Gani heran.
"Maafkan aku. Aku datang menemuimu dalam keadaan begini. Aku tak tahu harus kemana lagi. Hanya kau yang ada dalam pikiranku," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Ada apa ini? Coba jelaskan padaku," ucapnya.
"Enam bulan yang kita lalui bersama itu begitu membekas dalam benakku. Semuanya masih begitu jelas dalam ingatanku. Namun, sejak perpisahan itu, mendadak aku merasa kesepian dan kehilangan. Seperti ada ruang kosong dalam dadaku. Saat itu baru ku sadari bahwa dirimulah penyebabnya. Aku tak bisa melupakanmu. Hidupku timpang tanpamu. Aku memerlukanmu. Kau sangat berarti bagiku. Aku tak dapat mengingkari perasaanku padamu. Gani, apakah kau merasakan hal yang sama?" jelasnya.