Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Penghubung 2 (selesai)

30 Oktober 2021   10:41 Diperbarui: 30 Oktober 2021   10:43 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sok atuh, Pa. Lanjutin makannya," imbuhnya.

"Iya, udah dulu ya, Ma," pungkasnya.

Roy merasa bersalah atas apa yang ia pendam namun ia tidak ingin pula Evi tahu tentang ihwal itu. Ia begitu takut jika Evi bernasib sama seperti istri Danu. Sementara waktu, akan ia jalani dulu semua sewajar mungkin sebagaimana ritme hidupnya yang tenang dan damai selama ini. Dengan harapan, semoga tidak terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan ke depan.

Menimbang kemungkinan dirinya ikut terseret setelah penangkapan itu, Roy harap-harap cemas. Satu yang pasti, kuncinya ada di Danu. Ia aktor utamanya. Semua rahasia ada padanya. Kalau ia beberkan semua, entah berapa banyak orang yang akan terjerat. Jika ia diam, akan berapa banyak orang yang selamat. Hidup mati Roy kini seakan ada di tangan Danu.

Teringat map yang diberikan Danu saat keduanya bertemu di sekolah, Roy menyimpannya di gudang karena dianggapnya tersembunyi. Ia berniat jika nanti sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, map itu akan segera ia musnahkan untuk menghilangkan barang bukti.

Sementara untuk apel Washington 20 kilo alias uang 20 ribu dolar AS yang ditaruh dalam kaleng kue itu, akhirnya ia sembunyikan di bawah tempat tidurnya. Sedari awal, dana itu sengaja tidak ia setorkan ke bank. Kini setelah peringkusan itu, uang itu tidak akan ia sentuh sama sekali. 

Penangkapan itu baru dilakukan beberapa jam lalu tapi pengaruhnya sudah begitu ia rasakan. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Paranoid dengan setiap berita suap atau korupsi. Cemas jika sewaktu-waktu pihak berwenang mendatanginya. Mendadak ketenangan hidupnya jadi terusik dan terganggu.

Ia menyesal telah mengambil langkah yang salah dan hanya membuatnya terjerumus ke pusaran masalah seperti saat ini. "Apa yang telah ku lakukan? Mengapa aku begitu bodoh? Mengapa baru sekarang ku sadari? Mengapa aku tidak menolak dari waktu itu?" sesalnya berkali-kali.

Ia merasa seperti terhipnotis di setiap gerak-gerik yang dilancarkan Danu. Ia seperti tak berdaya dan nurut begitu saja bagai di bawah pengaruh guna-guna seorang tukang sihir. Danu begitu mahir menjalankan perannya.

Siapapun yang dibidiknya, pasti akan tunduk padanya. Si korban sendiri tidak merasa dirinya telah dimanfaatkan malah dengan senang hati melakukan tugasnya seperti yang diminta. Bak silent killer, begitu tenang dan halus cara yang dipakai Danu ke para korbannya termasuk Roy.

Di beberapa kesempatan, Roy teringat Danu yang sering menyinggung sang ayah dalam obrolannya. Dalam pandangan Roy, Danu tampaknya begitu terobsesi dengan ayahnya. Inilah mungkin alasan yang melatarbelakangi Danu sehingga berani melakukan pekerjaan berisiko itu. Kesimpulan itu diperoleh Roy dari pernyataan dan pengakuan Danu kepadanya baik tersirat atau tersurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun