Olahraga teratur, dinilai sebagai suatu kegiatan yang dapat membantu mengurangi rasa kecemasan pada diri seseorang. Dengan berolahraga, tubuh akan mengalami peralihan perasaan (mood) seseorang dari yang sebelumnya lemah lesu menjadi bugar.
Terlebih berolahraga dapat membantu seseorang menghidupkan hormon endorfin dalam tubuhnya, yang berguna untuk meningkatkan suasa hati.
Melakukan kegiatan aktivitas positif juga dinilai sebagai pengalih perhatian dari perasaan negatif yang kerap muncul dalam bentuk kecemasan. Aktivitas positif yang dimaksud contohnya seperti mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki seseorang sebagai bentuk kemampuan dirinya.
Jika ketiga cara tersebut sudah dijalankan namun tidak terjadi perubahan yang dirasa signifikan, cara terakhir yang harus ditempuh oleh seseorang penderita gangguan kecemasan adalah meminta bantuan psikiater atau psikolog.
Dalam pemeriksaannya, psikiater atau psikolog akan melakukan suatu pemeriksaan psikologis, memberikan psikoterapi, serta konseling mendalam kepada seseorang yang memang terbukti mengalami gangguan kecemasan atau anxiety disorder.
Pada intinya, gangguan kecemasan atau anxiety disorder merupakan gangguan mental yang tidak bisa dianggap enteng dan remeh. Kecemasan yang muncul terus-menerus akan berpotensi menyebabkan penderitanya mengalami depresi, dan depresi adalah sebuah gangguan yang menyebabkan diri seseorang terus merasa tertekan dan membuat susana hati selalu merasa dalam situasi yang tidak aman.
Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan memerlukan dukungan sosial, baik dalam skala pribadi, keluarga, hingga lingkungan sosialnya. Hal itu menjadi sebuah dukungan yang harus dianggap serius karena banyak penderita gangguan kecemasan tidak sadar bahwa mereka memliki gangguan dalam dirinya, sehingga gangguan kecemasan sering disebut sebagai gangguan yang kurang terdiagnosis padahal akibatnya bisa menjadi fatal.
Bagi penderita gangguan kecemasan, mungkin gangguan ini sudah dianggap menjadi bagian dalam dirinya. Penderita gangguan kecemasan menganggap bahwa separuh dirinya adalah kecemasan, karena mereka memikirkan bahwa kecemasan sudah mengakuisisi separuh dari kehidupannya. Wajar memang, karena penderita gangguan kecemasan akan selalu menggambarkan perasaannya tersebut dari waktu ke waktu.
Lawan gangguan kecemasan dengan mencintai diri kita sendiri, kesehatan kita, baik kesehatan fisik maupun mental adalah kesejahteraan hidup kita.
Menjadi diri sendiri adalah kunci merawat kesehatan mental, berperilaku dan bersikaplah sesuai dengan apa yang dirimu punyai. Untuk membahagiakan diri, kita tidak perlu memenuhi berbagai ekspektasi orang lain. Bergaya hiduplah sesuai dengan kemampuan dan kondisi diri masing-masing. Jangan sampai perubahan besar dalam diri menarik kita kedalam zona kecemasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H