"Ah, dasar memang kamu lelaki cupu", celetuknya lagi kepada lelaki tersebut.Â
"Lah, kenapa jadi aku yang disalahkan olehmu?" jawab lelaki muda tersebut dengan nada penuh keheranan.
"ah, sudahlah aku sepertinya tak jadi untuk bercerita kepada mu, belum juga aku bercerita kau sudah banyak bertanya" jawab wanita itu dengan nada sedikit kesal.
Aaaarrrgh, dasar lelaki tak mempunyai kepekaan, gumamnya dalam hati, Â seraya mengumpat dengan kesal.
"Yasudah sampai berjumpa dikampus esok hari, ,akan ku jelaskan apa maksud ku, wassalamualaikum...". sembari menutup teleponnya kepada lelaki muda tersebut. Lelaki muda tersebut merasa aneh, batinnya berkata ada apa dengan si wanita, apakah setiap wanita seperti ini sifatnya? Seperti jelangkung saja gumamnya.
Semula, hanya menikah saja yang ada di pikiran utamanya, tak perduli apakah akan berakhir bahagia atau tidak. Namun sejak saat itu ia sedikit merubah apa yang ada dalam pikiran utamanya, tidak lagi hanya sekedar menikah.Â
Lelaki muda dengan religiuitas yang terlampau melekat pada dirinya, dan mencerminkan bahwa menikah muda adalah sebagai jalan pembuka kedamaian batin. Entah mengapa sejak saat itu, ia selalu memikirkan makna tersirat yang dikatakan oleh temannya tersebut.
Keesokan harinya di salah satu kampus tersohor di Yogyakarta tempat lelaki muda itu menimba ilmu di tanah perantauan. Lelaki muda tersebut pergi ke kantin sebagaimana lazimnya mahasiswa menunggu jam kuliah.
"Bu, pesan kopi hitamnya satu, dan jangan terlalu manis.." ujarnya kepada ibu penjaga kantin
Lelaki muda tersebut duduk di pojok kantin dengan kesendiriannya di temani oleh novel karangan Paulo Coelho. Novel yang baru saja ia beli dengan harga miring khas seorang mahasiswa.
Belum sempat ia membaca novel yang baru saja di belinya, lelaki tersebut dikejutkan oleh teman wanita yang menelponnya kemarin. "hei,.. sendirian aja, dasar cupu,..." celetuknya lagi kepada lelaki tersebut.