Aku harus menikah, bisikan umur yang semakin menua mahasiswa semester tua. Dengan petilasan sederhana terpajang di dalam kamar. Seorang lelaki muda dalam sebuah lamunan di pojok kamar sembari menatap foto yang telah usang.Â
Terpampang  sebuah foto keluarga sederhana yang tercerai-berai oleh suasana dan berada di tempat yang berbeda. Kau sungguh paham maksudku, bisikan yang terdengar seolah nyata.Â
Coba kau tengok saja keluar, sungguh kau hanya meratap tanpa alasan yang jelas. Tengoklah keindahan bunga-bunga yang bermekaran di luaran sana, sadarkah kau?. Sebuah makna yang kau cari tapi kau hanya mampu meratap namun enggan berusaha. Inikah tujuan mu, memenuhi nafsu bahwa kau harus menikah?
Tak terbersitkah oleh mu, ketika beriringan bisikan yang entah darimana kau terima adalah naungan nafsu mu saja? Yang sekedar kau lihat adalah ketika sekitarmu mulai meninggalkanmu hanya itu saja. Menikah saja yang kau pikirkan, bisikan umurmu yang seolah menjadi patokan dan harus terlaksana. Kau hanya memikirkan dirimu saja dan menikah adalah kata kuncinya.
Setan-setan berwarna memuja keindahan sang manusia lalai, dan bagaimana kau mengharap bahwa meratap adalah jalan keluar? Butuh usaha untuk sekedar memu
ja, bangunlah dari tidur yang berkepanjangan bahwa kau adalah salah.
Bukankah kau percaya bahwa revolusi terbaik dimulai saat kau baru bangun dari mimpi panjangmu, dan rejeki terbaik adalah ketika kau mampu untuk mengendalikan nafsu binatangmu. Kalimat yang entah darimana kau dapatkan tapi sangat kau yakini seolah sirna dalam derai bisikan umurmu.
Tok.tok.tok... pintu kamar itu diketuk, ternyata oleh si empunya kos yang hendak menagih iuran bulanan. Sejenak pikirannya tentang menikah buyar sudah bak air dalam gelas yang tumpah ruah bececer bermuncratan ke segala arah.Â
Mas, sudah waktunya bayar kos... iya bu, jawab lelaki muda itu seadanya sambil merogoh isi dompet. Ini bu uangnya, saya tak terlambat bukan? Sahutnya kepada si empunya kos. Sungguh tidak mas, sergahnya dengan senyuman dan lalu pergi meninggalkan pria muda tersebut dengan catatan kwitansi pembayaran kos.
Jam sudah menunjukan pukul 12 siang, rupanya ketukan pintu dari si empunya kos, telah menggugah selera berpikir lelaki tersebut. Jalan keluar menuju pikiran terbuka kini terhampar luas. Lelaki muda itu  pun bergegas mandi dan melakukan Sholat dzuhur.
Byur.byur, byur,... begitulah terdengar dari balik kamar mandi suara gemuruh air yang ditumpahkan oleh lelaki muda tersebut,. Sembari menyanyi dan bergumam hmmmm..... menyanyi seolah itu adalah kamar audisi untuk Indonesian Idol.