Apakah bunyinya kemudian membuat orang lain mengerti? Dia tak akan pernah peduli. Apakah bunyinya lalu berguna bagi sesama juga bagi dirinya sendiri, dia sungkan untuk mengambil si pusing. Karena dia berbunyi bukan demi tujuan tertentu. Karena bunyi yang dia keluarkan adalah bunyi kosong… yang dipaksa keluar oleh isi!
“Aku mengerti sekarang,” gumam Ben, yang langsung berlalu dari Tebing Jomblo Bernyanyi, dan kembali menuju postingannya sendiri.
Dia merasa semua keriuhan yang terjadi kemarin hanyalah fana semata. Jempol setan serta kejadian dan seluruh karakter tokoh yang ada di dalam kisahnya: Fana. Hanya buatan Si Ahmad Maulana S, pengarangnya yang super sableng buah kebanyakan menyentil, yang kini mulai insyaf untuk lebih serius menekuni dunia kata penuh makna yang tak sekedar begitu saja.
Beberapa waktu kemudian, Ben berhasil menempa dirinya berdasarkan racikan pengalaman berharganya ketika menelusuri jejak Jempol Setan Khayalan. Dan kelak setelah event fikber ini selesai, Ben akan lebih dikenal sebagai sosok yang telah moksa dalam cerita… Menjadi simbol tentang sosok-sosok yang berhasil mencapai maqom manunggaling kawulo lan fiksi, dan bersemayam dalam setiap gurat pena yang dilahirkan dari hati, yang tak lagi sekedar karya kosong yang ludes-bures hikmahnya ketika dibaca satu atau dua kali saja.
Ben nyaris abadi, dalam bentuk kebaikan buah inspirasi yang terkandung di setiap ketip kalimat fiksi buatan entah siapa.
My name is Ben, Ben Ahsan...^_
Tammat.
(Penulis tidak lahir dan besar di Tanah Jawi, mohon koreksinya jika ada bahasa daerah tersebut yang dirasa kurang tepat. Terima kasih...^_)
Secangkir Kopi Ending Fikber Gelombang 3, 30 Nopember 2015.