Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] #3 : Pesan Cinta dari Masa Lalu

15 November 2015   11:29 Diperbarui: 15 November 2015   11:52 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan baru kutahu sunyi itu diam yang teramat riuh, yang menyimpan jutaan gerak dalam setiap gemingnya. Ternyata butuh ribuan malam terlebih dahulu bagiku untuk mengetahui hal itu. Butuh ribuan sepi terlebih dahulu sebelum aku benar-benar paham, bahwa sunyi… tak lagi cuma sepi yang berserak-porak di sudut hati.

Kutatap baliho pilkada di depanku dengan muak. Alangkah menjijikannya kata-kata yang tertera di sana, mengingatkanku akan percakapan yang terus tak usai berkelindan pada sebuah ruang bernama kenangan, yang selalu hanya berakhir kosong seperti janji yang tertera di tiap baliho.

“Aku tak mau terima kamu apa adanya, Gie. Justru maukah kamu berubah untukku, demi aku? Agar aku tak butuh orang lain. Agar aku hanya punya kamu, seseorang yang dapat aku banggakan. Seseorang yang selalu membuatku nyaman bila berada di sampingnya. Seseorang yang kelak menjagaku, menyayangiku dan mencintaiku sebagaimana aku mencintainya. Seseorang yang kelak akan aku serahkan seluruh hidupku untuknya?”

Tanpa sadar bibirku bergetar membisikkan sebuah jawaban: Aku mau, Rhein…

Langkahku melimbung ketika kenangan yang lain kembali menghampir.

“Kita punya sesuatu yang orang lain tidak punya, Gie. Kita punya cinta, punya orang yang sangat kita cintai dan mencintai kita dengan sepenuh rasa. Aku punya kamu dan kamupun memiliki aku. Dengan semua yang kita miliki ini, tak ada alasan yang dapat menghalangi kita untuk merubah semua… menjadi sebuah kenyataan yang melegakan.”

Dan ketika kenangan selanjutnya menyeruak, spontan bibirku turut serta menggumamkan setiap katanya, lengkap dengan spasi serta jeda yang pernah kau ejakan penuh cinta yang mengharap kepadaku waktu itu.

Tak perlu menjadi segala, Gie. Cukuplah kita melebarkan sayap merangkul semua yang dibutuhkan. Jangan pernah berhenti berpikir untuk maju. Yakinlah, jika kita hari ini kecewa, terluka, terhina, buatlah semua menjadi hanya sebuah kenangan yang tak melenakan. Beri aku sebuah janji, Gie, tentang esok hari yang bukan hanya ilusi...”.

Hingga akhirnya, pada ingatan percakapan yang terakhir aku tak sanggup lagi mengayun kaki. Diam. Tegak menatap langit, mencoba memencarkan rindu sederu dulu yang terus kian menggebu.

Tak pernah ada waktu yang cukup, Gie. Tak ada alasan untuk menunda semua. Kita tak akan pernah siap. Bergeraklah saja, maka dunia akan mengekor di belakang. Tersenyumlah, maka siapapun niscaya akan turut tersenyum. Jikapun itu tak terjadi, jikapun semua meng-kacau, tak perlu khawatir, aku di sini, untukmu, menunggumu… Jika semua meninggalkanmu, tetap aku di sini, menemani serta mendukung semua langkahmu. Dan jika semua kemudian menjadi begitu tak terkendali, jangan pernah ada rasa takut dan khawatir, karena kupastikan aku akan tetap dan terus bersamamu. Aku berjanji, tak akan kubiarkan kau menghadapi semuanya sendiri, Gie, tak akan pernah...”

“Ah, Rhein, tahukah kau bahwa aku, hanya ingin dipeluk oleh dirimu: Dengan cinta.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun