kuraih
wajah kami tak berjarak
dan aku, kembali takjub
bahkan terharu
sebab ia begitu cadel
dan sengau mengucapkan: pa… pa… pa…
pa-pa
sambil jari-jari kecilnya
menggapai-gapai di hidungku
sementara tangan yang lain, terperangkap
dalam belukar gondrong rambutku
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!