Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dunia Fiksi yang Aneh

5 Oktober 2015   03:18 Diperbarui: 5 Oktober 2015   03:18 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Memangnya kita mau kemana Mbak Na?” tanya Aldy dag-dig-dug karena tangannya terus digenggam Hanna Chandra sambil berlari. Rasanya hangat-hangat gimanaaa… gitu, jadi bikin deg-deg serrr…! ^_

“Mencari kakek,” jawab Hanna Chandra singkat, membuat angan yang sempat memenuhi benak Aldy langsung ambrol tak tersisa.

“Memangnya saya tak cukup keren Mbak Na, hingga Mbak Na masih harus mencari kakek-kakek untuk menemani?” polos Aldy sambil memilin-milin kumisnya dengan gaya yang amat mirip Ki Demang atau Tuan Takur di film India.

Hanna Chandra memandang Aldy dengan gemas. Dicubitnya tangan Aldy yang masih digenggam, untuk kemudian berlari secepat terbang menggunakan ginkang.

“Kakek saya menyuruh untuk segera menyusul ke Jogja setelah urusan di sini beres. Dengar-dengar ada satu orang lagi yang terluka berat di Marboyo atau Markotop atau entah apa,” jelas Hanna Chandra tanpa mengurangi kecepatan ginkangnya.

“Ooh… ternyata kakek Mbak Na… Tapi di Jogja tak ada nama daerah seperti itu. Apa bukannya Malioboro, Mbak Na?” ucap Aldy, setelah agak ngos-ngosan mengimbangi Hanna Chandra. Vitalitasnya akhir-akhir ini memang agak melemah. Apalagi setelah meladeni Desol kemarin. Langsung terserang 5 L alias Letih, Lemah, Lesu, Loyo dan Lunglai.

(Pembaca: Psssttt…! Paragraf yang ini kenapa rada-rada berbau habul sih, Bay? Mana Si Hanna Chandra tiap kali keluar di cerita disuruh lari-lari melulu, enggak kasihan?

Saya: Hussttt…! Jangan pake ngeres dong bacanya… ^_ Itu kan adegan lari berjamaah, juga adegan bareng Desol yang murni pertempuran maut, haha…^_).

Dengan tabahnya Hanna Chandra melakoni peran yang selalu lari-lari tak karuan di cersil ini, yang kelak akan kembali berlari sebab Bay tak ada lagi di Malioboro, dan mungkin saja lagi-lagi harus berlari, ketika menyusul Bay ke tebing tempat tinggal Pendekar Pedang Hujan, yang siapa tahu akan berlari lagi karena Bay -bisa saja- dipindahkan oleh si pengarang cersil agar tidak lagi berada di tebing tempat tinggal Na.

Kelak dunia persilatan digegerkan oleh cerita legenda yang agak musykil, tentang kisah pendekar yang terus berlari tanpa henti, yang entah mengejar jodoh atau apa… ^_

Hanna Chandra terus berlari dengan penuh kesungguhan, dengan sesekali memandang heran kepada Aldy, yang berlari mengiringinya sambil tersenyum-senyum pinky sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun