***
“Mengapa tak sekalipun kudengar kau menjalin hubungan, Bay? Seperti apa sebenarnya tipe wanita idealmu?” tanyamu, sesaat sebelum mengakhiri perjamuan kopi yang penuh nuansa hujan itu. Kembali kutangkap kelebat yang sama di kerlip matamu.
“Seperti apa tanyamu, Rin? Tentu saja seperti dirimu… Seperti dirimu yang dulu, kini juga nanti. Tak lebih dan tak kurang.”
Tapi Rin tak akan pernah mendengarnya, karena hujan telah mengiringi kepergiannya bersama derai yang kini memercik sunyi. Rin yang tak ubahnya langit tempatku diam-diam menggantung awan kenangan. Rin yang serupa mimpi buah jutaan pendar indah yang terus mengerlip di kesendirianku. Rin yang serupa api unggun tempatku membakar seluruh keluh dan membiarkannya membumbung menjadi asap harapan. Rin… yang kini kembali berlalu ditelan hujan, tanpa aku pernah menyatakan apapun.
Saat kita mencintai seseorang, kita tidak pernah diberitahu bagaimana cara mencintai yang sebenarnya cinta. Karena cinta memang tidak pernah mengajari apapun tentang cinta itu sendiri.
Jika ada yang tahu cara memahami wanita ataupun cinta, tolong hubungi aku.
***********
*) Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community (disini)
**) Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community (disini)