Setelah yakin dirinya tak diawasi, Gerus Timbunan mengeluarkan kitab kuno tersebut dari balik baju tahanannya, untuk kemudian meraba gambar yang tercetak timbul di sampul depan. Gambar sosok bijak berwajah welas asih yang tengah tersenyum, dengan huruf campuran antara Kawi, Pallawa serta Pegon yang berbunyi “KITAB SAKTI ENAK ZAMANKU TOH: Seni dan Jurus Mengalahkan Lawan tanpa Perang Terbuka Versi Senyap”.
Dulu ketika awal mempelajarinya, dia menganggap bahwa ini pastilah sejenis kitab panduan wirausaha mengingat permulaan babnya selalu menggunakan judul yang mengarah kesana: Uang Datang Nurani Menghilang, Tanpa Uang Semua Kosong, Memandang Uang Tanpa Berkedip, Uang Panas Tetap Juga Uang serta masih banyak lagi judul senada di kitab tebal tersebut. Tapi setelah membaca penjelasan yang tertera dibagian bawahnya, anggapannya langsung berubah, karena di sana diterangkan pula tentang teknik, tips serta trik bagaimana menguasai suatu keadaan dan wilayah agar uang tak perlu diburu. Juga bagaimana cara menyelesaikan semua permasalahan… hanya dengan uang, tanpa perlu khawatir uang berkurang karena justru akan semakin gemilang.
Dengan bekal hasil belajar otodidak itu pulalah dia kemudian berkali-kali berhasil keluar dari hotel prodeo yang menjerujinya, hingga kejadian terakhir membuatnya sadar bahwa masih ada bagian penutup dari kitab tersebut yang malas dijalankannya karena terlalu berat juga kejam, yang membuatnya terpaksa mengeram di sarang baru: Gunung Sindur.
Dia berjanji, tiga minggu kemudian ketika dia keluar dari tempat ini, dia akan mempraktekkan semuanya dengan lebih matang.
Dia akan membeli sebuah desa secara terselubung untuk dijadikan basis pengontrol kegiatan ilegalnya yang menghilir di mana-mana, lalu membuat citra baru tentang dirinya yang serupa resi arif nan motivatif sebagai alibi. Baik di dunia nyata, terlebih lagi di dunia maya. Tentu saja setelah sebelumnya menyeting ulang lingkaran akun utama dengan mengganti kode laporan pendapatan bisnis pencucian uangnya dari masing-masing akun satelit pengelola. Tidak lagi menggunakan postingan dengan kode ‘lendir’, ‘tempe’ serta turunannya yang rentan mengundang penikmat di luar grup bisnis pencucian uangnya hingga berpotensi mengundang akun-akun detektif yang gemar sekaligus ahli mengendus kebusukan. Hingga tiba masanya dia akan menjadi sosok yang benar-benar ‘The untouchable’, dengan ranah kepemilikian aset serta bisnis paling monopolistik yang pernah ada: Dalam bentuk kartel yang terpisah dan terlihat saling bersaing sengit di antara sesamanya, tentu saja…!!!
***
Pena Berdarah Mencabik Korupsi: Munculnya ‘Dark Justice’
Sementara di tempat yang tak terpaut jauh dari Gunung Sindur, Rasva pulang ke rumah dengan wajah lesu. Tubuhnya letih. Begitu juga bathinnya, lelah luar biasa. Energinya terkuras habis menggarap naskah berita kriminal tentang peristiwa yang baru saja terjadi.
Sebagai awak media, sebenarnya dia sudah kebal dengan segala macam peristiwa yang berbau kriminal. Tapi entah mengapa ia merasa tugas kali ini begitu menohok perasaannya.
Betapa tidak? Bahkan nyawa manusia di negeri ini jauh lebih murah dari tambang liar, hingga konflik agraria cukup untuk menjadi alasan diseretnya seorang aktivis dari rumahnya sendiri saat tengah asyik menimang cucu, untuk kemudian dibantai tepat di depan hidung warga, tanpa seorangpun berani menolongnya!