Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Legenda Pedang Tetesan Air Mata

21 September 2015   22:19 Diperbarui: 21 September 2015   22:19 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kisah Legenda Pedang yang Menyedihkan.

Sementara Partai FC mengadakan pesta besar-besaran atas kembalinya Desol sebagai sesepuh tertua yang pernah tercatat dalam Kitab Hikayat Cianbunjin FC dari Masa ke Masa, pada sebuah kaki gunung yang masih permai dan belum pernah terjadi pembakaran hutan, seorang pendekar setengah baya bersama cucu kesayangannya tengah asyik membicarakan sebuah legenda kesedihan.

“Kau tahu, Nduk, senjata apa yang paling menakutkan di dunia ini?” tanya MJK Riau kepada cucu semata wayangnya itu.

“Ah, Kakek kan tahu kalau Hanna sering lupa apapun, mengapa mengetes Hanna dengan pertanyaan yang sulit seperti itu?” rajuk Hanna Chandra dengan amat manja kepada kakeknya, membuat sang kakek tersenyum penuh sayang.

“Semenjak kakek pulang dari tanah suci kemarin, yang kakek pikirkan hanya kamu seorang, Nduk… Tentu saja selain pengadaan bus gratis di tanah suci yang amat membantu jemaah haji Indonesia menunaikan ibadah. Sungguh terobosan yang amat luar biasa…” lanjut Sang Kakek tanpa mampu menyembunyikan rasa syukurnya atas fasilitas yang kini semakin mempermudah jemaah haji untuk lebih khusuk beribadah. Walau memang masih ada saja oknum yang alih-alih memaksimalkan waktu dan energi yang tersedia untuk memperbanyak doa, justru lebih memilih untuk sibuk berfoto selfie. Menyulap semua rejeki tersebut hingga menjadi amat mubazir, hanya demi rangkaian foto yang kelak dipajang di ruang tamu atau laman media sosial layaknya kristal mewah kebanggaan keluarga.

Hanna Candra termenung sejenak, mencoba mencari jawaban terbaik dari pertanyaan kakeknya.

“Apakah pisau terbang Siau-li yang legendaris dan tak pernah meleset itu? Yang ribuan kali lebih menakutkan dibandingkan Belati Hawa Nafsu pasangan Desol dan Febri, Kek?”

MJK Riau menggelengkan kepala. “Sejak berpulangnya Siau-li Tham-hoa dan Yap Kay murid utamanya, senjata yang welas asih itu tak pernah lagi muncul di rimba persilatan manapun,” sanggah MJK Riau.

“Mungkin Tongkat Penggebuk Anjing milik Ui Yong?”

Kembali MJK Riau menggeleng. “Lepas dari tangan Ang Cit Kong, Tongkat Bambu Hijau mustika Partai Kaypang juga tak jelas lagi keberadaannya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun