Wutt…!
Tak urung jari kaki Dayat agak linu terserempet entah apa. Kuku jempolnya pecah berlumur darah.
“Kau tunggu di sini sebentar.”
Belum lagi Dayat sempat menjawab, ketika beberapa jerit yang penuh kengerian merobek keheningan di beberapa tempat sekaligus.
Cepat sekali gerakan Sang Pemimpin ini, pikir Dayat.
“Sniper,” bisik sosok sengak berhidung gondrong itu, sebelum akhirnya mereka kembali melesat bersama menembus malam.
***
Malioboro, waktu Indonesia bagian entah.
“Coba yang ini, Day, bakpia rasa gado-gado. Kabarnya limited edition” tawar sosok sengak berhidung gondrong.
Dayat mencomot sebuah dan langsung menggigitnya dengan amat lahap. semalaman mereka berlari tanpa sempat berhenti makan di warteg manapun.
Tapi baru dua kunyahan, mendadak Dayat melepehkan bakpia di mulutnya sambil ber "hah-hah" tak karuan.