Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Terburuk Memuja Tuhan

10 Juli 2015   21:19 Diperbarui: 10 Juli 2015   21:19 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faidza azzamta fatawakkal 'alallah, innallaha yuhibbul mutawakkilin. Kalimat super sakti yang harusnya tak difungsi sebagai sterilisasi. Kalimat langit yang harusnya lebih memacu diri untuk bertindak melebihi militansi para aktivis juga pebisnis. Gemar berhitung data. Terbiasa menggunakan segala indikator juga parameter. Tak sungkan meraba peluang lengkap dengan pembedahan di setiap kurang dan lebih yang terselip di dalamnya. Hingga akhirnya, ketika siap untuk diluncurkan serta dilaksanakan, benar-benar sebuah kegiatan menuju keberhasilan, dan bukannya sekedar untung-untungan atau merencanakan kegagalan, yang jelas-jelas telah lebih dahulu gagal mutlak sejak masih rencana.

Tak perlu kita mempertahankan kekeliruan dengan terus berkata, "Allah bersama kita...!" jika masih tetap kukuh berpegang dengan amat teguh mental budak yang pernah kita warisi, yang selalu mengkondisikan diri untuk harus atas ‘persetujuan’ seseorang atau sesuatu atas setiap tindakan.

Bukankah berbuat tanpa perhitungan –apalagi persiapan- dengan tetap berharap hasil terbaik sebagai akhir yang diterima, adalah suatu tindakan yang jauh lebih tahayul dari klenik yang paling mistik sekalipun?

Masihkah bola liar yang terus selalu kita gulirkan? Yang bahkan kita sendiripun tak pernah bisa memprediksi kemana melambungnya, dimana akan bermuara, atau dengan siapa menyinggasana? Dan masihkan perlu kita terus sok suci berharap mati-matian dengan sejuta kata bernada sama: Semoga Allah memudahkan…?

Dikiranya Allah buta, apa? Disangkanya Allah PKI-kah, yang ber-Irodat dalam ketetapan-Nya yang sama rasa dan sama rata untuk setiap usaha makhluk-Nya yang berbeda-beda?

Dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya, jelas tak ada yang mustahil bagi Dia yang memang Maha Segalanya. Namun ada baiknya kita mulai menyingkirkan klenik agama, yang selalu berharap tentang keajaiban, mukjijat dan sebagainya sebagai unsur utama penentu keberhasilan. Sebab mukjijat telah lenyap dari bumi kita ini sejak lebih dari 14 abad yang lalu. Sebab ada baiknya kita sering-sering berkaca diri juga kualitas keimanan, sebelum mengigau habis-habisan ingin mendapat ma'unat-Nya.

Yang tersisa tinggal istidroj. Jika kau suka, silakan minta kepada Tuhan. Dan Tuhan jelas Maha Pemberi. Tinggal siapkan dirimu untuk belajar membakar diri, sebagai persiapan masuk ke api terpanas yang ada di tingkat neraka-Nya, kelak.

***

TS yang saya posting di fesbuk tersebut langsung saja beroleh tanggapan yang cukup ramai. Dan itu amatlah mengherankan jika mengingat fesbuk adalah salah satu media pertemanan dan bukannya keilmuan.

Tapi tentu saja hal itu terjadi pada zaman dahulu kala, sebelum waktu menyulap warga mayanya menjadi ahli curhat tingkat tinggi yang merasa cukup untuk sekedar memposting foto wajah menyang-menyong atau daily activity lainnya yang penuh uap kegalauan.

Ada beberapa tanggapan menarik yang saya peroleh, dari teman yang bahkan saya sendiripun tak paham seperti apa dia dan bagaimana kesehariannya. Tapi yang jelas, saya sangat berterima kasih kepadanya, karena telah menambah lagi beberapa setrip pemahaman keberagamaan saya. Alangkah indahnya persahabatan…!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun