Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revisi Kecil-kecilan di Dunia Pendidikan, Agresi Besar-besaran di Dunia Bisnis

7 Juli 2015   03:25 Diperbarui: 7 Juli 2015   03:25 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali saya terhenyak. Terpuruk, serta  terjebak dalam deja vu kebodohan kolektif karena masih juga ngejogrok bersama seluruh armada Lembaga Pendidikan bermaskot Arsitek Semut Mengukir Aksara yang saya pimpin. Dan bukannya buru-buru cabut ke berbagai lokasi dimana sebuah mimpi tak mesti terpenggal, cuma karena sebuah keadaan telanjang yang bernama: Kemiskinan. Atau jika dirasa tidak bisa, tinggal putar agenda ke sebuah dunia di mana uang tak mesti lagi menjadi hakim sejati penentu semua.

Bullshit ini semua...!!!” teriak saya kembali dengan kemarahan yang sama. Tapi kali ini saya tidak berteriak bareng dengan Si Eksentrik atau semua sahabat terhebat yang pernah saya kenal itu. Karena saya tahu pasti bahwa kemarahan dan putus asa ini bukanlah milik mereka. Ada saatnya mereka pernah begitu peduli dengan isu-isu kemanusiaan yang sekarang tengah bergelantungan tepat di depan hidung saya ini. Tapi itu dulu, jauh waktu sebelum mereka berhasil menyelesaikan Jurusan Kemanusiaan di kampusnya. Dan waktu bukankah teramat sering berperan konyol sebagai hakim tak adil yang menghasut agar semua tak bisa untuk pernah lagi sama...?!!!

Beberapa dari teman terbaik saya itu memang masih juga bertahayul untuk menyukai karya-karya besar, atau sekedar meniti jalur demi memaksimalkan potensi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan selebihnya...? Mungkin sebuah rencana spektakuler dan luar biasa untuk mengadakan reuni, sambil bersantap dan bertukar kisah tentang betapa indahnya hidup mereka kini. Betapa nyaman dan mapannya dunia yang tengah mereka singgahi saat ini, mungkin juga nanti. Atau kelak ketika mati. Toh semua orang pasti mati. Mungkin seratus tahun lagi. Bisa juga beberapa saat setelah membaca kisah ini. Dan tak perlu ada yang memperdebatkan seberapa urgensinya seseorang yang pada akhirnya cuma akan mati, harus melakukan ini-itu yang belum tentu dapat memperindah kehidupan yang cuma sesaat ini.

Dan berbicara tentang kematian, besar dugaan saya bahwa teman-teman saya pastilah akan memiliki kematian yang tentu lebih terhormat jika dibandingkan dengan kematian saya. Terutama dengan versi kematian saya yang telah jauh-jauh hari diramalkan oleh orang terdekat, dengan sederet kalimat pekat yang sangat menyayat akal sehat...!

 

“Di sini telah terbujur

         telah terkubur seonggok tubuh

                  dengan sejuta kesombongan

                           dan menyisakan hanya debu

                                           hanya

                                                         : Setitik debu...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun