Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - guru penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

suka membaca, menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malam 1 Suro Mengapa Begitu Sakral? Peringatan 1 Muharram Netralisir Mistis 1 Suro

18 Juli 2023   08:32 Diperbarui: 18 Juli 2023   14:35 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam satu Suro akan berlangsung nanti malam (Selasa malam Rabu) 18 Juli 2023, tepatnya  sesudah  Maghrib.

Sesuai dengan kalender penanggalan Jawa, bulan Suro adalah bulan pertama, sedangkan dalam kalender Hijriyah bulan pertama adalah bulan Muharram.

Dalam kebudayaan orang Jawa, Suro merupakan sebuah bulan sakral. Tradisi masyarakat Jawa yang bertepatan dengan Tahun baru Islam 1 Muharam ini dirayakan dengan berbagai macam acara.

Namun juga ada beberapa larangan yang harus dihindari bagi para penganut kepercayaan Jawa

Baca juga : Carlos Alcaraz Juara Wembledon 2023, Segini Hadiahnya

Pengertian Malam Satu Suro

Menurut penanggalaan Jawa atau Kalender Hijriyah tanggal 1 bulan baru dimulai sesudah terbenamnya matahari (waktu Maghrib). Pemerintah dalam kalender umum menetapkan 1 Muharram (1 Suro) sebagai Hari Libur Nasional

Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud RI), satu Suro adalah awal bulan pertama Tahun Baru Jawa di bulan Suro yang penanggalannya mengacu pada kalender Jawa.

Dikutip dari situs Kementerian Agama RI, bulan Suro dianggap oleh masyarakat suku Jawa sebagai bulan yang sakral. Peringatan malam satu Suro ini juga bertepatan dengan dengan 1 Muharram yang merupakan Tahun Baru Islam.

Asal usul nama bulan  Suro berasal dari bahasa Arab, yaitu Asyura yang berarti sepuluh. 

Baca juga : Turki Pertama Kali Juara VNL Setelah di Final kalahkan Wakil Asia dengan Skor Telak

Asal Usul Malam Satu Suro

Kalender Jawa pertama kali diterbitkan oleh Raja Mataram Sultan Agung Haryokromokusumo pada tahun 931 H atau 1443 M. Pada zaman Kerajaan Isalam Demak, Sunan Giri II ingin menggabungkan penanggalan Jawa dengan Penaggalan Hijriyah.

Sedangkan tradisi malam satu Suro bermula saat zaman Sultan Agung, di mana masyarakat mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwariskan dari tradisi Hindu, sedangkan Kesultanan Mataram Islam sudah menggunakan sistem kalender Hijriah (Islam).

Berawal dari keinginan memperluas ajaran Islam di Tanah Jawa, Sultan Agung berinisiatif memadukan kalender Saka dengan kalender Hijriah menjadi kalender Jawa. Malam satu Suro dimulai sejak Jumat Legi bulan Jumadil akhir tahun 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi.

Selain itu, Sultan Agung juga ingin menyatukan Pulau Jawa dan dia tidak ingin rakyatnya terpecah belah karena perbedaan keyakinan agama. Sultan Agung juga ingin menyatukan kelompok santri dan abangan. Lalu, setiap hari Jumat legi, dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil pengajian oleh para penghulu kabupaten, ziarah kubur dan haul ke makam Ampel dan Giri.

Maka dari itu, 1 Muharram atau malam satu Suro Jawa dimulai pada hari Jumat legi juga ikut dikeramatkan.

Baca juga : Persija Jakarta Merangsek ke Papan Atas Klasemen Sementara Liga 1 BRI Setelah Libas Tamunya 4-1

Hal-hal yang Dilarang Saat Malam Satu Suro

Pada malam 1 Suro ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan yaitu

1. Tidak boleh bicara atau berisik

Oleh masyarakat Jawa Islam larangan ini diwujudkan dengan riyual mbisu (tidak berbicara) sejak Manghrib sampai waktu Subuh2. Keluar Rumah

2. Malam satu Suro ada larangan untuk keluar rumah, mereka diharapkan berdiam diri di rumah sambil tirakt, zikir dan berdoa untuk keselamatan diri dan keluarganya.

Hal ini biasanya ketika tanggal tersebut tiba, masyarakat akan berdiam diri di rumah untuk menghindari kesialan.

3. Larangan Menikah pada Malam 1 Suro

Menikah adalah kebutuhan sosial masyarakat, namun jangan mengadakan akad nikah atau resepsi pernikahan pas malam 1 Suro, karena menurut keyakinan masyarakat Jawa menikah pada malam 1 Suro, pernikahannya idak langgeng, atau rumah tangganya akan bubrah di tengah jalan, dan hidupnya tidak bahagia.

4. Pindah Rumah

Ini sama dengan larangan keluar rumah, disarankan untuk tidak pindah rumah, menempati rumah baru, menempati tempat tinggal baru di malam 1 Suro, karena akan mendatangkan kesialan.

Baca juga : Thailand Negara Asia Tenggara Pertama Juara AVC Setelah Sikat Bahrain 3-0

Peringatan 1 Muharram Menetralisir Mitos 1 Suro

Para ulama salaf kemudian menetralisir pantangan atau larangan dalam malam 1 Suro dengan mengadakan peringatan 1 Muharram dengan beberapa kegiatan yang bermanfaat.

Islam menganggap bahwa setiap waktu, bulan dan tanggal adalah baik tergantung perbuatan atau perilaku kita dalam menyikapi setiap hari,tanggal, bulan dan tahunyang disediakan oleh Allah SWT.

Apa yang bisa dilakukan pada Malam 1 Muharram?

1. Membaca doa akhir tahun

2. Membaca doa awal tahun

3. Menyantuni anak yatim dan fakir miskin

4 . Memperbanyak sedekah dalam bentuk apapun, bisa sedekah doa, senyum, makanan, uang dan laiinya

Keutamaan Bulan Muharram

1. Pahala dilipatgandakan

2. Dosa juga dilipatgandakan

3. Puasa sunah terbaik setelah bulan Ramadan

4. Bulan yang disucikan atau dimuliakan, Muharram termasuk 4 bulan yang dimuliakan oleh Allah yaitu Dzulqo'dah, Dzulhijjar, Muharram dan Rajab

5. Bulannya para Nabi

Bulan Muharram juga terjadi peristiwa-peristiwa danditerimanya mukjizat dari Allah SWT kepada para Rasulnya sebagai bentuk keistimewaan para nabi dan Rasul dan sebagai ibrah bagi kita untuk makin beriman kepada Allah SWT lewat peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut, diantaranya adalah :
- Diterimanya taubat Nabi Adam AS setelah diturunkan dari surga.
- Diangkatnya Nabi Idris AS ke tempat yang tinggi.
- Diturunkannya Nabi Nuh AS dari kapal, setelah banjir bandang.
- Diselamatkannya Nabi Ibrahim AS dari bakaran apinya raja Namrud.
- Diturunkannya kitab Taurat pada Nabi Musa AS.
- Dikeluarkannya Nabi Yusuf AS dari penjara.
- Disembuhkannya kebutaan Nabi Ya'qub AS dari wasilah pakaiannya Nabi Yusuf AS.
- Disembuhkannya Nabi Ayyub AS dari sakit kulit yang berkepanjangan.
- Dikeluarkannya Nabi Yunus AS dari perut ikan Nun.
- Disibakkannya lautan bagi Bani Israil yang melarikan diri dari kejaran raja Fir'aun Mesir yang kejam.
- Diampuninya Nabi Dawud AS dari kesalahannya.
- Diberinya Nabi Sulaiman AS kekuasaan berupa kerajaan.
- Diangkatnya Nabi Isa AS ke langit setelah dikepung bangsa Romawi.
- Diampuninya kesalahan yang telah lewat dan yang akan datang dari Nabi Muhammad SAW.

6. Terdapat Hari Asyura
Dalam bulan yang disucikan ini, terdapat hari Asyura (10 Muharram). 

 Disebutkan bahwa hari Asyura merupakan hari-hari Allah. Sebagaimana HR. Muslim berikut ini:

Rasulullah Shallallahu SAW bersabda:

إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ الهِ

Artinya: "Sesungguhnya Asyura merupakan hari diantara hari-hari Allah."

Kesimpulan

Bulan Suro (Jawa) dan Bulan Muharram (Islam) memiliki kesamaan waktu namun ada kepercayaan yang berbeda dari keduanya dan dari para pengikutnya, tergantung pada kita untuk memaknainya

Mari saling menghargai keyakinan masing-masing sebagai kekayaan Indonesia, tetap toleransi dan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagai modal utama.

Sumber Rujukan

- situs.kemendikbud.id

- situs.kemenag.id

NU online

- laman almanhaj.or.id,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun