Mohon tunggu...
Ahmad Afandi
Ahmad Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh

Masih Belajar Menulis (Kembali) !!

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Merebut Desa - Bagian 4

23 Oktober 2024   16:02 Diperbarui: 23 Oktober 2024   16:43 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saudara, apakah kau mengenal kami berdua? Aku sendiri tidak tahu dirimu," tanya si kurus dengan bingung. Gingsul itu tidak salah lagi.

"Tentu aku ingat dirimu, Mursyid. Siapa yang aksn lupa dengan pesona gingsul-mu itu? Lagipula kau masih sama seperti dahulu. Selalu bersama dengan Rahmat kapan pun dan di mana pun."

Orang yang bernama Mursyid itu pun segera menutup mulut. Dua orang itu lalu melongo dan kaget bukan main. Orang yang ditanya ternyata tahu nama mereka. Dimas hanya tertawa terbahak-bahak. Senang rasanya bisa bertemu dengan salah dua warga Banyuates ini.

"Bagaimana kalian bisa tidak kenal dia? Dia ini anak lurah desa kalian. Masa kalian warga sana sudah lupa?" cemooh Inani kepada Mursyid dan Rahmat. Wanita itu tampak gemas dan mencubit dua orang itu.

Sambil menggosokkan lengan, dua warga Banyuates itu tertunduk malu. Mereka pun menjura dan minta maaf. Dimas lalu mendekat dan memeluk mereka berdua.

Ia tidak peduli kalau Mursyid dan Rahmat melupakan dirinya. Faktanya, memang mereka berdua tidak terlalu dekat dengan keluarga pamong desa. Dimas jelas mengenal mereka karena ia anak lurah dan anak lurah harus mengenal warganya sendiri, kan?

Namun, Dimas hanya merasa senang bisa bertemu kembali dengan warga Banyuates dalam keadaan baik. Air mata menetes. Mereka ini adalah sarana bagi Dimas untuk terus mengingat Banyuates. Kampung halaman tercinta. Mengingatkannya akan sebuah cita-cita yang harus diwujudkan. Merebut dan membebaskan Desa Banyuates.

Malamnya, Dimas habiskan untuk melepas rasa rindu. Bercerita soal kampung halaman. Bergurau dengan Rahmat yang rambutnya masih gondrong seperti biasa. Mendengar obrolan melantur dan konyol ala Mursyid. Canda tawa pecah sepanjang malam.

Hari demi hari pun berlalu, Dimas mulai membaur dengan rumah barunya. Para anggota Laskar Naga Kuning mulai menerimanya dengan baik. Kini Dimas tidak merasa sendiri lagi. Ia bertemu dengan kawan lama dan kawan baru. 

Kawan lama yang mengingatkannya akan hangatnya rumah. Kawan baru yang memberikannya harapan baru. Mereka semua dipersatukan dengan kesamaan nasib. Berjuang dalam satu tujuan bersama. Pembebasan.

Bersambung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun