Mohon tunggu...
Ahmad Wijaya
Ahmad Wijaya Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo

Pengamat dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Saat Politik Bertransformasi Menjadi Reality Show, antara Hiburan vs Subtansi

18 Januari 2024   23:02 Diperbarui: 19 Januari 2024   17:30 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Penetapan Pemilu Serentak pada 14 Februari 2024. (Foto:KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM))

Gimik-gimik tersebut bukan hanya mencuri perhatian, tetapi juga menciptakan citra dan identitas yang melekat pada kandidat.

Ontentifikasi vs. Kesenangan Belaka

Dalam era politik reality show, pertanyaan kritis muncul seputar ontentifikasi, yakni sejauh mana kandidat mampu memberikan konten yang substansial. 

Apakah setiap pidato dan tindakan hanya sebatas hiburan belaka, ataukah terdapat kebijakan konkret dan visi mendalam di baliknya? Kesempurnaan tampilan dan kemahiran berbicara menjadi kriteria utama, mengorbankan esensi kebijakan yang mungkin lebih penting.

Dampak Terhadap Pemahaman Politik Masyarakat

Berubahnya politik menjadi reality show tidak hanya menciptakan hiburan semata, tetapi juga dapat merubah pemahaman masyarakat terhadap politik. 

Pemilih cenderung lebih terpaku pada citra dan penampilan, mengabaikan substansi dan kebijakan yang seharusnya menjadi landasan memilih pemimpin. Transformasi ini meruncing pada perilaku memilih berdasarkan popularitas, bukan kualitas kepemimpinan.

Pentingnya Pendidikan Politik yang Berkualitas

Dalam menghadapi realitas politik ini, pentingnya pendidikan politik yang berkualitas menjadi semakin nyata. 

Masyarakat perlu dilengkapi dengan pengetahuan yang memadai untuk menyaring informasi dan memahami pentingnya melihat di balik layar politik reality show. Kritik yang konstruktif dan analisis mendalam perlu ditekankan dalam upaya membentuk pemilih yang cerdas.

Kritik Satir sebagai Cermin Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun