Mohon tunggu...
Ahmad Sidiq
Ahmad Sidiq Mohon Tunggu... Guru - Guru TK dan Content Creator

Guru TK yang tertarik pada dunia anak dan hobi membuat konten video, vlog dan film.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Percobaan Sains Mencampur Warna

3 Desember 2023   20:12 Diperbarui: 3 Desember 2023   20:21 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. TK Islam Nahrus Salamah

Pendahuluan

Usia 3-6 tahun pada manusia merupakan masa perkembangan fase golden age. Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik perkembangan secara fisik maupun dilihat dari kecerdasan mental. Perkembangan sel otak membuat anak mulai dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu. Para ahli meyakini bahwa perkembangan sel otak terjadi pesat dimasa anak-anak. Sebanyak 50% perkembangan sel otak terjadi ketika anak mencapai usia 4 tahun dan mencapai 80% ketika anak berusia 8 tahun (Busthomi, 2012:16). Oleh karena itu, hendaknya pada usia tersebut anak sudah diberikan stimulan-stimulan untuk membangun imajinasi dan mengaktifkan sel-sel otak pada anak agar perkembangan anak mencapai skala maksimal dalam berbagai aspek perkembangan.

Riset dari Elif Ozturk Yilmaztekin dan Feiza Tantekin Erden (2011) menunjukkan bahwa topik pembelajaran sains atau bahan ajar sains berangkat dari lingkungan sekitar. Guru menyiapkan materi kegiatan, alat dan bahan yang digunakan dalam kelas. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran field trip, investigasi, metode pembuatan proyek, metode eksperimen maupun metode eksplorasi. Guru memiliki peran dalam memfasilitasi pembelajaran bagi anak.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan media belajar, pengorganisasian dan perencanaan kegiatan pembelajaran dalam mencampur warna belum dilakukan guru secara maksimal, sehingga pemahaman anak terhadap konsep pencampuran warna juga belum maksimal. Salah satu penyebabnya karena anak hanya mendapat informasi secara teori dari guru. Sementara, pembelajaran kurikulum 2013 PAUD mengharuskan guru untuk menyusun perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang lebih menitikberatkan pada aktivitas anak melalui kegiatan eksplorasi.

Hasil pengamatan terhadap hasil belajar dikelas, dari 14 anak Kelompok B di TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis terdapat 2 anak atau hanya 14,28% yang mampu mengenal konsep pencampuran warna. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor permasalahan, yaitu : (1) sebagian besar anak tidak fokus dalam kegiatan pembelajaran, (2) penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik bagi anak, serta (3) kondisi anak yang lebih asyik bermain sendiri.

Berdasarkan permasalah diatas maka perlu dikukan perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan kemapuan kognitif anak melalui percobaan sains dalam mengenal pencampuran warna pada anak kelompok B TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis semester I tahun pelajaran 2019/2020. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu "apakah dengan menggunakan permainan sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak melalui percobaan sains dalam mengenal pencampuran warna pada anak kelompok B TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis semester I tahun pelajaran 2019/2020?". Adapun tujuannya yaitu untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal pencampuran warna melalui kegiatan percobaan sains pada anak Kelompok B TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kerangka Dasar Teori

Kognitif adalah suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (ternmasuk kesadaran, perasaan dan sebagainya) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri sehingga individu memiliki kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian (Sujiono, 2014). Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Kogninif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan inteligensi lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut bentuk aktivitas atau perilaku.

Kognitif juga berkaitan dengan bagaimana cara individu bertingkah laku, cara individu bertindak, serta cepat lambatnya individu didalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Gambaran tentang ciri-ciri perilaku kognitif antara lain: (1) berpikir lancar, yaitu menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan dan arus pemikiran lancar. (2) berpikir luwes, yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam, mampu mengubah cara atau pendekatan dan arah pemikiran yang berbeda-beda, (3) berpikir orisinal, yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim atau lain dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang lain, (4) berpikir terperinci (elaborasi), yaitu mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan, memperinci detail-detail, dan memperluas suatu gagasan.

Jean Piaget (Fikriyati, 2013:142) membagi tahapan yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang semakin meningkat seiring pertambahan usia sebagai berikut : (1) periode sensorimotor berada pada usia 0--2 tahun, (2) periode praoperasional berada pada usia 2--7 tahun, (3) periode operasional konkrit berada pada usia 7--11 tahun, (4) periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa).

Kognitif berkaitan dengan memori dan intelegensi yang akan mengalami kemerosotan dengan terus bertambahnya usia. Inteligensi atau yang sering dikenal dengan istilah kecerdasan secara umum difahami pada dua tingkat yaitu : kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahun dan kecerdasan; dan kecerdasan yang difahami sebagai kemampuan untuk merespon informasi untuk mampu menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan.

Sains merupakan bidang ilmu yang mengkaji tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi pada kehidupan manusia. Sains tidak hanya berbicara tentang teori atau rumus yang monoton. Sains bersifat universal dan dapat dikembangkan oleh setiap individu yang hidup didunia ini. Pembelajaran sains yang menyeluruh tentang ala mini menyebabkan sains seharusnya dapat diberikan sejak seseorang berusia dini (Nugraha, 2005:7). Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hakikat pengembangan sains adalah kegiatan belajar melalui pengamatan , penelitian dan percobaan untuk mencari tahu atau menemukan jawaban tentang kenyataan yang ada didunia sekitar, dilakukan dengan menyenangkan dan menarik  yang dilakukan melalui bermain.

Hakikat pengembangan sains di TK/RA adalah kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik dilaksanakan sambil bermain melalui pengamatan, penyelidikan dan percobaan untuk mencari tahu atau menemukan jawaban tentang kenyataan yang ada di dunia sekitar (Sujiono, dkk, 2008). Dengan demikian, secara umum permainan sains di TK/RA bertujuan anak mampu secara aktif mencari informasi mengenai apa yang ada di sekelilingnya. Proses penemuan ilmiah dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kegiatan sains dapat dilakukan oleh anak dan guru di Laboratorium atau Pusat Sains, tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Banyak hal yang dapat diamati anak dialam sekitarnya. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, antara lain: 1) Mengeksplorasi berbagai benda yang ada di sekitar, 2) Mengadakan berbagai percobaan sederhana, dan 3) Mengkomunikasikan apa yang telah diamati dan diteliti (Khadijah, 2016:64).

Permainan sains sangat bermanfaat bagi anak karena dapat menciptakan suasana  yang menyenangkan serta dapat menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah pengetahuan anak secara alamiah. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengenalan sains yaitu metode eksperimen. Eksperimen ialah suatu pekerjaan menggunakan alat-alat sains yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang baru bagi anak itu sendiri (Sukarno, dkk., 1981: 47). Sudirman (1991:85) mengemukakan metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Lebih lanjut Nugraha (2000:85) mengemukakan bahwa metode eksperimen adalah percobaan tentang sesuatu. Dalam hal ini setiap anak bekerja sendiri-sendiri. Pelaksanaan lebih memperjelas hasil belajar, karena setiap anak mengalami dan melakukan kegiatan percobaan.

Penerapan metode eksperimen sains dapat memberi kesempatan pada anak berinteraksi langsung dengan kegiatan  yang  diberikan  oleh  guru.  Dengan  begitu   diharapkan   anak   dapat   memahami proses  dari  kegiatan  yang  diberikan,  mengerti konsep-konsep  sains.  Dalam  pelaksanaannya guru   dapat   menggunakan   media   yang   ada dilingkungan  sekolah.  Dengan  dilakukannya pembelajaran  eksperimen  sains  di  TK  dapat membantu  pemahaman  anak  tentang  konsep sains,    membantu    meletakkan    aspek-aspek yang  terkait  dengan  keterampilan  sains. Salah satu komponen sains yang ada disekitar anak-anak adalah warna.

Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subyektif/psikologis merupakan bagian dari pengalaman indera pengelihatan. Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer (Hakim, 2013). Secara biologis, mata kita dapat menangkap warna dikarenakan spektrum cahaya yang di pantulkan benda-benda disekeliling kita ke indra penglihatan.

Sir David Brewster menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Warna primer merupakan warna dasar yang tidak dicampur dengan warna yang lainnya. Warna primer terdiri dari 3 warna dasar yaitu merah, hijau biru, atau dalam bahasa Inggris red, green dan blue biasa disingkat RGB. Warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari campuran 2 warna primer dengan perbandingan sama. Hasil pencampuran warnanya adalah kuning + merah = orange/jingga, kuning + biru = hijau, biru + merah = ungu. Warna tersier adalah hasil pencampuran warna primer dengan warna sekunder. Warna netral adalah hasil pencampuran dari warna primer, warna sekunder dan warna tersier.

Rencana Perbaikan

Penelitian dilaksanakan ditempat peneliti mengajar yaitu di TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis Kecamatan Jaken Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2019/2020. TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis merupakan sebuah lembaga PAUD dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Nahrus Salamah al Alawiyyah yang berdiri sejak tahun 2010. Lembaga ini terletak di tepi jalan desa dan berdekatan dengan Pondok Pesantren dan MI Nahrus Salamah. Berdiri diatas sebidang tanah seluas 277 m2 dan memiliki bangunan gedung permanen dengan tiga ruangan yang difungsikan untuk ruang kelas kelompok A, ruang kelas kelompok B dan kantor guru. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan pada semester I tahun pelajaran 2019/2020 yaitu sejak bulan Oktober hingga bulan November 2019.

Perbaikan pembelajaran yang peneliti laksanakan mengambil tema kebutuhanku, dengan tindakan kegiatan mengenal dan memahami pencampuran warna. Tema tersebut di rinci menjadi sub-sub tema yang dituangkan dalam RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harian) untuk satu pertemuan setiap pembelajaran. Pembelajaran tema kebutuhanku diuraikan dalam subtema makanan dan minuman serta pakaian.

Subyek dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah anak didik Kelompok B di TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis yang berjumlah 14 anak didik terdiri dari 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Rentang usia ke-14 anak tersebut berkisar antara usia 5-6 tahun yang memiliki karakteriktik berbeda antara anak satu dan lainnya.

Perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal pencampuran warna melalui kegiatan percobaan sains dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dirancang dalam 5 RPPH dan 5 skenario perbaikan yang akan dilaksanakan selama 5 hari. Siklus I dilaksanakan tanggal 7 s/d 11 Oktober 2019, dan siklus II dilaksanakan tanggal 14 s/d 18 Oktober 2019. Permasalahan yang muncul dalam siklus ini adalah bagaimana cara peningkatan hasil belajar tentang perkembangan kognitif anak dalam mengenal pencampuran warna melalui kegiatan percobaan sains di TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis. Perencanaannya meliputi : membuat rencana perbaikan pembelajaran, melaksanakan rencana perbaikan, melakukan pengamatan dan penilaian dengan alat penilaian dan membuat refleksi diri.

Rencana kegiatan perbaikan pembelajaran dalam mengenal pencampuran warna yang akan dilaksanakan pada siklus I adalah : (1) bernyanyi lagu "Ini Warna Apa" (mengenal warna-warna primer), (2) percobaan sains mencampur warna dg kertas krep, (3) percobaan sains mencampur warna dg media cat air, (4) percobaan sains mencampur warna dg pewarna makanan, dan (5) mewarnai gambar (anggur, jeruk dan daun) sesuai contoh warna. Sementara, rencana kegiatan perbaikan pembelajaran dalam mengenal pencampuran warna yang akan dilaksanakan pada siklus II adalah : (1) bercerita dengan gambar seri "Baju Putri Pelangi", (2) bercerita dengan alat peraga "Si Comel", (3) percobaan sains dengan lat peraga "Si Comel", (4) mewarnai gambar pelangi pada kaos, dan (5) Bermain finger painting dengan media pasta warna.

Kegiatan penelitian ini dimulai dari tahap persiapan yaitu merefleksi diri akan pembelajaran yang dilaksanakan pada prasiklus. Kegiatan yang dilakukan dalam refleksi yaitu mengidentifikasi dan menganalisis masalah. Setelah mengetahui permasalahan dan penyebabnya, hal yang dilakukan adalah merencanakan perbaikan kegiatan. Setelah tahap persiapan selesai maka dilanjutkan tahap pelaksanaan perbaikan. Terdiri dari pelaksanaan rancangan perbaikan, pengamatan, refleksi, penilaian, pengumpulan data dan analisis. Setelah tahap pelaksanaan selesai, tahap selanjutnya adalah tahap pelaporan.

Dalam proses penelitian ini, peneliti dibimbing dan dinilai oleh 2 supervisor dan 1 penilai yaitu Bapak Drs. Puji Utomo, M. Pd selaku Supervisor 1, Ibu Sri Hartini, S. Pd. AUD, M. Si selaku Supervisor 2 dan Ibu Indah Sukmaningrum, S. Pd. sebagai Penilai dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan tehnik observasi yang berupa bukti-bukti dukungan hasil kegiatan siswa. Pada saat  observasi yang dilakukan peneliti adalah mengamati perilaku anak, memantau kegiatan yang dikerjakan anak dan mengumpulkan data dalam tindakan pelaksanaan pembelajaran dengan observasi. Observasi ini menggunakan instrument data yang diisi tentang minat belajar anak terhadap kegiatan perbaikan, kemampuan anak dalam kegiatan serta hasil kegiatan belajar anak.

Peneliti menggunakan penilaian dengan standart pencapaian perkembangan anak dan sistem skor yang memiliki ketentuan kriteria BB (Belum Berkembang). MB (Mulai Berkembang), BSH (Berkembang Sesuai Harapan), dan BSB (Berkembang Sangat Baik). Anak dikatakan mencapai ketuntasan belajar jika mencapai nilai BSH dan BSB.

Hasil dan Pembahasan

Dari keseluruhan jumlah  murid kelompok B TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis sebanyak 14 anak (100%), hanya ada 2 anak (14,28%)  yang  bisa memperoleh nilai tuntas karena mampu menjawab hasil pencampuran warna saat dilakukan tanya jawab. Analisis data menunjukkan hanya terdapat 2 anak yang mendapat nilai BSH (14,28%), 5 anak mulai berkembang (35,71%) dan 7 anak sisanya yaitu sebesar 50,01% dinyatakan belum berkembang. Dengan ditemukannya permasalahan dikelas ini, terlihat bahwa sebagian besar anak belum memiliki kemampuan yang baik dalam mengenal dan memahami pencampuran warna. Berdasarkan pengamatan dan informasi yang bersumber dari guru kelas kelompok B kegiatan mencampur warna belum berjalan sesuai harapan meskipun dalam penyampaian materi pembelajaran dari guru ke anak-anak sudah baik. Permasalahan tersebut disebabkan oleh beberpa faktor, yaitu : (1) kurangnya pemanfaatan media saat pembelajaran mencampur warna, (2) banyak anak yang bercerita sendiri saat kegiatan pembelajaran, dan (3) penggunaan metode bercerita yang kurang menarik sehingga tidak dapat meningkatkan minat belajar anak dalam kegiatan mencampur warna.

Berangkat dari permasalahan diatas maka perlu dilakukan tindakan  untuk memecahkan  masalah pada kelompok B TK Islam Nahrus Salamah Desa Arumanis. Adapun tindakan yang perlu digunakan untuk meningkatkan rendahnya kemampuan kognitif dalam mengenal pencampuran warna pada anak yaitu dengan menerapkan metode eksperimen percobaan sains dengan berbagai media untuk mencampur warna agar lebih menarik perhatian dan minat belajar anak sehingga target yang ingin dicapai oleh guru dapat tercapai secara maksimal.

Dari pelaksanaan siklus I yang dilaksanakan tanggal 7 s/d 11 Oktober 2019 diperoleh hasil sebagai berikut : (1) anak mulai tertarik dengan kegiatan pembelajaran dan semakin berani untuk melakukan eksplorasi dalam percobaan sains mencampur warna, (2) anak terlihat nyaman dalam kegaitan pembelajaran terlihat dari aktivitas mengulang-ulang percobaan sainsnya, (3) terjadi komunikasi antara anak satu dengan lainnya saat proses eksplorasi pada kegiatan percobaan sains mencampur warna, (4) ) anak saling memberi tebakan kepada teman satu kelompoknya tentang pencampuran warna, dan (5) secara berkelompok anak sudah mulai menunjukkan kemampuan mengenal pencampuran warna, namun secara personal baru sebagian anak yang dinyatakan tuntas.

Hasil analisis data pada akhir perbaikan pembelajaran siklus I menunjukkan terdapat 3 anak mendapat nilai BSB (21,42%), 3 anak yang mendapat nilai BSH (21,42%), 5 anak mulai berkembang (35,74%) dan 3 anak sisanya (21,42%) dinyatakan belum berkembang. Sesuai kriteria ketuntasan belajar, prosentase anak yang dinyatakan tuntas sebesar 42,85%. Perbaikan pembelajaran kemampuan kognitif dalam mengenal warna anak kelompok B TK Islam nahrus Salamah Arumanis belum dikatakan berhasil, karena prosentase ketuntasan belajar anak belum mencapai 75%. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya yaitu pada perbaikan siklus II.

Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan tanggal 14 s/d 18 Oktober 2019. Pada tahap ini anak akan diberikan lebih banyak waktu unruk melakukan eksplorasi dalam melakukan percobaan sains dalam mengenal pencampuran warna. Berdasarkan pengamatan peneliti pada akhir siklus II diperoleh hasil sebagia berikut : (1) anak-anak sangat tertarik melakukan percobaan sains dengan alat peraga "Si Comel" yang merupakan ciptan guru, (2) anak mendapat kesempatan waktu lebih lama dan secara langsung untuk melakukan percobaan sains, dan (3) anak secara mandiri dapat mencampurkan warna-warna primer menjadi warna-warna baru dengan menggunakan berbagai media.

Hasil analisis data pada akhir perbaikan pembelajaran siklus I menunjukkan terdapat 8 anak mendapat nilai BSB (57,15%), 5 anak yang mendapat nilai BSH (35,71%), 1 anak mulai berkembang (7,14%) dan tidak ada anak dinyatakan belum berkembang. Sesuai kriteria ketuntasan belajar, prosentase anak yang dinyatakan tuntas sebesar 92,86%.

Dari perbaikan pembelajaran kegiatan mencampur warna yang dilaksanakan dalam dua tahap siklus yakni siklus I dan siklus II tersebut, dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran di kelompok B TK Islam Nahrus Salamah Arumanis Tahun Pelajaran 2019/2020 yang dilakukan melalui metode eksperimen percobaan sains menunjukkan bahwa 92,86% (13 anak) sudah mampu mengenal pencampuran warna-warna primer dan menyelesaikan kegiatan secara mandiri. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan kemampuan kognitif anak dalam mengenal pencampuran warna pada siklus pertama yang menunjukkan ada peningkatan menjadi 42,85% dari kondisi awal yang hanya 14,28%, kemudian pada siklus kedua ada peningkatan lagi sebesar 50,01% sehingga menjadi 92,86% dari perbaikan siklus 1 yakni 42,86%. Indikator keberhasilan perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini adalah 75%. Sehingga perbaikan pembelajaran mencampur warna melalui eksperimen percobaan sains untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dikatakan berhasil karena sudah mencapai target yang diinginkan yaitu sebesar 92,86%.

Simpulan dan Saran

Dari uraian pada pembahasan penulis dapat menarik kesimpulan: (1) kegiatan perbaikan pembelajaran pengembangan koginitif melalui kegiatan percobaan sains dalam mengenal pencampuran warna ini telah mencapai keberhasilan dengan prosentase 92,86% pada siklus ke-2 dari kondisi awal yang ahanay 14,28%, (2) kegiatan perbaikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal pencampuran warna melalui percobaan sains terbukti berhasil, (3) penggunaan metode eksperimen percobaan sains dapat meningkatkan minat anak dalam kegiatan pembelajaran mengenal pencampuran warna sehingga menunjang hasil perbaikan pembelajaran, (4) percobaan sains merupakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak khususnya dalam mengenal pencampuran warna.

Adapun saran yang peneliti sampaikan yaitu (1) peneliti berharap, guru dapat meningkatkan profesionalitasnya melalui penelitian serupa untuk melakukan perbaikan pembelajaran dikelasnya, (2) agar guru senantiasa terus mengikuti perkembangan keilmuan terkini guna menambah wawasannya untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya, (3) bagi sekolah dapat lebih banyak menyediakan alat peraga/media yang sesuai dengan karakteristik anak, jumlah anak, dan bervariasi, dan (4) bagi orang tua agar senantiasa mendukung putra-putrinya untuk menunjang keberhasilan putra-putrinya dalam mengembangkan kemampuan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun