Tahun 1830 ibukota dipindahkan lagi, sekarang ke tempat yang lebih baik, yaitu ke Sindangkasih wilayah distrik Wanayasa juga. Sindangkasih terbukti lebih strategis dari sana sini dan lama-lama menjadi ramai, yang kemudian disebut : PURWAKARTA (Purwa = awal, permulaan; karta maksudna murah untuk kehidupan). Tempat asal Sindangkasih tadi sekarang juga masih ada, sekarang berupa desa di dalam kota Purwakarta. .........
Pada masa Dalem Suriawinata tadi, Purwakarta pernah mengalami kerusuhan besar, yang disebabkan oleh beberapa gerombolan berandal Tionghoa-sengke. Bangsa asing ini kedatangannya benar-benar mengobrak-abrik kota, malahan memporak-porandakan sepanjang jalan Purwakarta – Wanayasa : merusakkan perkampungan, menceraiberaikan penduduk pedesaan. Huru-hara merembet ke sekitarnya, sehingga menimbulkan perang kecil mengharu-biru Negara, terkenal dalam sejarahnya : Rusuh Purwakarta atau Perang Makaw (Ma-kao), sampai ada sungai dan desa yang dinamakan Cikao, serta ada sebutan tanjakan Rancadarah antara Purwakarta dengan Wanayasa.
“......... Ceritera ‘Perang Makao’ tadi.
Pada tahun 1832 jaman Dalem Suriawinata itu, datanglah beberapa rombongan Tionghoa-sengke, datang dari (negeri) seberang mengisi tanah tak bertuan di Cilangkap wilayah Purwakarta, menumpang bercocoktanam, membabat hutan membuka tanah di sekelilingnya; namun entah bagaimana asal mulanya, tanpa sepengetahuan pemerintah, sebab tidak berapa lama kemudian dari mula pertama melintasi hutan membuat jalan langsung saja secara bersamaan membuat kerusuhan menyerbu ke Purwakarta bahkan menembus ke Karawang sekalian! ......... “
Di dalam Encyclopaedie van Nederlandsch Indie, 1918 pada halaman 450 tertulis sebagai berikut: "......... Als ernstige rustverstoringen in het Krawangsche zijn te noemen een opstand onder Bagoes Djabin in 1816 en het Chineezenoproer in 1832 bij welk laatse oproer alle Europesche huizen te Poerwakarta door brand werden vernield en de natuuronderzoeker Macklot (zie aldaar) den dood vond. Door militair optreden werd de rust spoedig hersteld."Â
Sementara terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagai berikut: "......... Jika sisa gangguan serius di Krawang disebut pemberontakan Bagus Djabin pada 1816 dan pemberontakan China pada tahun 1832 di mana kerusuhan Purwakarta terakhir semua rumah Eropa dihancurkan oleh api dan naturalis Macklot (lihat qv ) menemui ajalnya. Aksi militer untuk perdamaian dipulihkan segera."
Demikian pula yang tertulis di dalam Encyclopaedie van Nederlandsch Indie, sebagai berikut: "In 1832 werd zij tijdens een Chineezen oproer gedeeltelijk door brand vernield ook het district Sindangkasih van het regentschap Krawang zal eerlang den naam Poerwakarta dragen."
Sementara terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagai berikut: "Pada tahun 1832 distrik Sindangkasih Kabupaten Karawang itu sebagian dihancurkan oleh api selama kerusuhan Cina akan segera menggunakan nama Purwakarta."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H