Selain itu, Hobbes juga merupakan filsuf modern pertama dalam bidang sensasionalisme. Sensasionalisme adalah pandangan yang menganggap semua keadaan mental, khususnya keadaan kognitif manusia, berasal dari komposisi atau asosiasi-asosiasi dari sensasi atau perasaan belaka. Menurut Hobbes, semua pemikiran dan pengetahuan manusia pada dasarnya didasarkan pada pengalaman sensorik. Pandangan ini menegaskan bahwa persepsi dan sensasi adalah sumber utama dari semua pengetahuan manusia.
Thomas Hobbes adalah seorang filsuf Inggris yang memainkan peran penting dalam pengembangan filsafat politik, moral, dan bahasa. Karyanya, khususnya "Leviathan", memberikan fondasi bagi teori kontrak sosial dan kontraktarianisme, serta memengaruhi banyak pemikir besar lainnya seperti Baruch Spinoza. Pandangannya tentang kehendak bebas, determinisme, dan sensasionalisme memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perdebatan filosofis yang terus berlanjut hingga saat ini. Hobbes adalah pionir dalam banyak aspek filsafat modern, dan warisannya tetap relevan dalam diskusi filosofis kontemporer.
2. Niccol Machiavelli
Niccol Machiavelli ([nik-ko-lo ma-kia-vl-li], 3 Mei 1469 --- 21 Juni 1527) adalah seorang sejarawan, filsuf, pendukung humanisme, dan penulis asal Firenze yang hidup pada masa Renaisans. Dia dianggap sebagai salah satu pendiri utama ilmu politik modern. Karya-karyanya, terutama "Il Principe" ("Sang Penguasa"), telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemikiran politik dan tetap relevan hingga saat ini.
a. Kontribusi Utama dalam Ilmu Politik
1) Pengantar Ilmu Politik Modern
Machiavelli dikenal melalui karyanya "Il Principe," di mana dia berargumen bahwa seorang penguasa baru harus menstabilkan kekuasaannya untuk memastikan struktur politik di sekitarnya tetap kokoh. Buku ini merupakan salah satu karya pertama yang menggabungkan pengamatan realistis tentang politik dan kekuasaan dengan analisis yang tajam dan pragmatis. "Il Principe" sering dianggap sebagai teks fundamental dalam filsafat politik modern karena pendekatannya yang berbasis kenyataan dan pragmatisme.
2) Stabilitas dan Kekuasaan
Machiavelli menekankan pentingnya stabilitas dalam pemerintahan. Dia berpendapat bahwa seorang penguasa harus mengambil langkah-langkah tertentu, termasuk menggunakan kekerasan jika perlu, untuk melindungi posisinya dari ancaman internal dan eksternal. Menurutnya, tindakan-tindakan ini tidak hanya diperlukan untuk menjaga kekuasaan penguasa tetapi juga untuk memastikan ketertiban dan stabilitas negara secara keseluruhan. Dalam konteks ini, Machiavelli sering dikaitkan dengan ungkapan "tujuan menghalalkan cara," yang menggambarkan pandangannya bahwa tindakan yang mungkin tampak kejam atau tidak etis dapat dibenarkan jika mereka mencapai hasil yang diinginkan, yaitu stabilitas dan keamanan negara.
3) Pemerintah yang Ditakuti vs. Disayangi