Hari ini, mereka berdua duduk di tepi danau kecil yang tersembunyi di sudut kampus. Air danau tenang, mencerminkan warna langit biru yang cerah. Melody memandang ke arah horizon, merenungkan segala sesuatu yang telah mereka lalui bersama.
"Sudahkah kamu memikirkan apa yang ingin kamu lakukan setelah lulus, Melody?" tanya Adrian, memecah keheningan.
Melody menggeleng, masih terpesona oleh keindahan alam di sekelilingnya. "Aku belum yakin," katanya kemudian. "Ada begitu banyak pilihan, dan aku masih mencoba mencari tahu di mana sebenarnya aku ingin pergi."
Adrian mengangguk, memahami perasaannya. "Aku juga merasa sama. Tapi aku yakin apa pun yang kamu pilih, kamu akan sukses. Kamu memiliki bakat dan semangat yang luar biasa."
Melody tersenyum, terharu oleh kata-kata Adrian. "Terima kasih, Adrian. Kamu selalu percaya padaku, bahkan ketika aku tidak yakin pada diriku sendiri."
Adrian tersenyum hangat. "Karena aku tahu bahwa kamu adalah orang yang luar biasa, Melody. Kamu memiliki potensi yang tidak terbatas, dan aku akan selalu mendukungmu."
Mereka saling memandang dengan mata penuh arti, dan di antara mereka, ada getaran yang tak terungkapkan, sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan biasa.
Tiba-tiba, Adrian berdiri dan menawarkan tangannya kepada Melody. "Ayo, mari kita berjalan-jalan sebentar sebelum matahari terbenam. Kita tidak boleh melewatkan momen indah seperti ini."
Melody tersenyum dan menerima tawaran Adrian. Mereka berjalan-jalan di sepanjang tepi danau, menikmati keindahan alam dan kebersamaan mereka.
Di antara sorot matahari senja dan gemerlap air danau, terjalinlah ikatan yang semakin dekat di antara Melody dan Adrian. Dan di kampus yang penuh keajaiban ini, mungkin saja cinta pertama yang tak terlupakan akan bersemi di antara mereka.
Bab 4: Rasa yang Tumbuh