Kembali ke kantor redaksi, Raka langsung menuju ruang kerjanya. Jantungnya berdebar kencang saat memasukkan flashdisk ke komputer. Data yang ditampilkan Anton benar adanya. Di beberapa TPS, suara untuk Andini dialihkan secara tidak wajar ke kandidat lain.
"Ini jelas manipulasi!" desis Raka sambil mengamati pola perubahan data.
Dia segera menghubungi Maya dan menunjukkan temuannya. Maya terkejut melihat data tersebut. "Ini bisa menjadi berita nasional, Raka. Tapi kita perlu verifikasi lebih lanjut. Data ini terlalu sensitif."
Raka setuju. Mereka memutuskan untuk menganalisis data tersebut lebih detail dan mencari sumber lain yang bisa menguatkan temuan mereka. Raka teringat perkataan Anton tentang "orang dalam KPU."
"Mbak Maya, apa kita bisa mencoba melacak jejak digital di balik perubahan data ini?"
Maya mengangguk. "Bisa dicoba. Tapi hati-hati, jejak digital itu bisa dilacak balik ke kita juga."
Raka dan Maya bekerja sepanjang malam, menyusuri jejak digital yang tertinggal pada perubahan data. Mereka menggunakan berbagai teknik untuk menutupi jejak mereka sendiri, tapi mereka tahu risikonya tetap tinggi.
Keesokan harinya, Raka berhasil menemukan pola yang mencurigakan. Perubahan data dilakukan dari beberapa IP address yang berlokasi di gedung KPU pusat.
"Ini bukti kuat adanya manipulasi internal," bisik Raka kepada Maya.
Namun, mereka masih membutuhkan bukti konkret berupa keterangan dari orang dalam. Maya menyarankan agar Raka menghubungi sumber-sumber yang selama ini dikenal dekat dengan KPU.
Raka menghubungi beberapa orang, tapi semuanya bungkam. Takut akan konsekuensi yang bisa mereka terima jika ketahuan berbicara. Rasa frustrasi mulai melanda Raka.