Mohon tunggu...
Ahmad ArifAminulloh
Ahmad ArifAminulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Write your every moments

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Komunikasi Ibu dalam Pembentukan Karakter Ibadah pada Anak

12 Desember 2023   10:32 Diperbarui: 12 Desember 2023   10:33 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesadaran Spiritual: Karakter beribadah mencerminkan tingkat kesadaran spiritual yang tinggi. Mereka merenung, berdoa, atau meditasi untuk memperkuat hubungan mereka dengan kekuatan rohaniah.

  • Kesederhanaan: Orang yang beribadah cenderung hidup dengan sederhana, tidak terlalu terikat pada keinginan duniawi dan materi. Mereka menghargai keberkahan hidup dan bersyukur atas segala yang mereka miliki.

  • Kedisiplinan: Karakter beribadah membutuhkan kedisiplinan dalam menjalani rutinitas ibadah, seperti sholat, puasa, atau ibadah ritual lainnya. Kedisiplinan ini juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari mereka.

  • Kepedulian Sosial: Beribadah tidak hanya tentang hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga mencakup dimensi horizontal dengan sesama manusia. Orang yang beribadah umumnya memiliki rasa empati, kepedulian, dan keinginan untuk berkontribusi positif dalam masyarakat.

  • METODE PENELITIAN

               Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.Sumber data diperoleh melalui wawancara dengan narasumber. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara.Subjek penelitian ini yaitu ibu yang memiliki kriteria beragama islam,memiliki anak usia 2 sampai 8 tahun,ibu dan anak tinggal satu rumah,ayah sibuk bekerja dan ibu mengurus rumah tangga,perekonomian keluarga yang terbilang cukup.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Pola Komunikasi Antarpribadi Ibu dan Anak

              Ibu Lina mengungkapkan bahwa cara ia berkomunikasi atau menyampaikan pentingnya ibadah khusus nya sholat 5 waktu, mengaji dan berpuasa kepada anak. "Sebelum mengajarkan  sholat, mengaji dan berpuasa pada anak, saya sebagai seorang ibu melaksanakan terlebih dahulu kewajiban-kewajiban tersebut, karena anak pasti akan mengikuti apa yang dilakukan oleh ibu nya".

              Selain itu, Ibu Lina mengajarkan anak pentingnya melakukan sholat,mengaji dan berpuasa.Ibu Lina juga mengajarkan tata krama dan sopan santun kepada anak. "Kalau ada orang tua duduk harus bilang permisi, saat masuk rumah harus mengucapkan salam"

              Ibu Diah mengungkapkan bahwa cara ia berkomunikasi atau menyampaikan pentingnya ibadah khusus nya sholat, mengaji dan berpuasa kepada anak dengan cara: "Saya memberikan contoh sholat, mengaji dan berpuasa kepada anak dan anak akan pasti mengikutinya dengan baik, diajarkan puasa tapi tidak full". "Dan pentingnya diajarkan tentang beribadah agar anak tau agamanya dan lebih mengenal Tuhannya".

              Ibu Lina dan mengajar mengaji anaknya dirumah sendiri bersama suaminya.Berbeda dengan Ibu Diah yang mendaftarkan anaknya di tempat mengaji. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya,komunikasi antarpribadi merupakan proses mewakili pesan (lisan maupun non lisan) dari komunikator (ibu) kepada komunikasi (anak) secara tatap muka sehingga menimbulkan efek atau umpan balik.

              Dari hasil penelitian yang saya dapatkan melalui wawancara,bahwa pola komunikasi yang dilakukan adalah pola model stimulus respon.Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana.


    2. Hambatan Komunikasi

              Ibu Lina mengungkapkan bahwa "Tidak ada hambatan selama mengajarkan anak beribadah,anak-anak juga respon nya baik.Mereka ketika bermain dan mendengar azan mereka langsung pulang ke rumah untuk mengaji,dan diajak sholat berjamaah di masjid".

              Berbeda dengan Ibu Diah yang ada hambatan saat mengajarkan anak nya.Ibu Diah mengungkapkan bahwa "Ya,kesulitan selama menyuruh anak untuk sholat dan mengaji masih harus selalu diingatkan.Dia juga belum melakukan sholat dan ngaji dengan baik.Tetapi dengan bantuan dari guru di tempat mengaji,alhamdulillah anak saya sedikit demi sedikit fasih dalam mengerjakan sholat dan mengaji". Seperti informan peneliti (ibu dan anak), dalam membimbing anak untuk melaksanakan ibadah, ibu mengalami beberapa hambatan atau kesulitan. 

              Pertama, anak masih membutuhkan bantuan dan arahan. Menurut teori behavioristik, perubahan dapat terjadi ketika individu mendapatkan bimbingan atau bantuan dari orang lain. Peneliti memilih informan anak berusia 7-12 tahun, di mana anak-anak dalam rentang usia tersebut masih sulit diatur, cenderung melakukan hal apapun sesuai keinginan mereka, dan mengalami kesulitan dalam memahami ajaran yang diberikan oleh ibu. Ibu perlu tetap gigih dalam memberikan pengingat dan pengajaran tentang pentingnya beribadah kepada anak. Selain itu, ibu juga harus memberikan contoh positif agar anak tidak menjadi malas dalam melaksanakan ibadah, karena anak cenderung meniru apa yang mereka lihat. Selama proses pengajaran, tidak boleh ada paksaan agar anak dapat lebih memahami materi yang diajarkan.

              Kedua, terlalu asyik bermain. Dalam era teknologi saat ini, tentu terdapat kelebihan dan kekurangan yang dapat dirasakan. Banyak ibu yang mengeluh ketika anak sudah terbiasa menggunakan gadget. Saat anak bermain dengan gadget, seringkali mereka lupa akan waktu, sehingga melupakan tugas belajar dan kewajiban ibadah. Selain bermain gadget, anak-anak juga senang bermain dengan teman sebaya di sekitar rumah, yang kadang membuat mereka terlalu asyik bermain hingga melupakan waktu. Top of Form. Hambatan yang muncul dalam proses komunikasi dapat menghambat kualitas komunikasi, oleh karena itu, penting untuk mencari solusi guna mengatasi hambatan tersebut. Beberapa metode yang dapat diterapkan untuk mengatasi tantangan tersebut antara lain:

    1. Memperdalam hubungan kemanusiaan.

    2. Memberikan contoh cerita-cerita yang dapat diambil hikmah nya.

    3. Menggunakan Bahasa yang tepat mudah dipahami.


    3. Solusi Ibu Dalam Membentuk Karakter Beribadah Anak

              Ibu Lina mengungkapkan bahwa solusi untuk membentuk karakter beribadah anaknya dengan cara  " Saya memberi tahu bahwa shalat merupakan hal yang wajib dilaksanakan dan jika tidak melaksanakannya akan mendapat dosa, saya juga menyuruh anak saya untuk beribadah dengan cara yang lembut, tak lupa memberi contoh agar anak menurut dan mau mengerjakan ibadah. Selain saya ajarkan dirumah, saya mendaftarkan anak saya di tempat mengaji, agar ilmu agama yang didapatnya lebih maksimal". 

              Ibu Diah mengungkapkan bahwa solusi untuk membentuk karakter beribadah anaknya dengan cara "Saya mengajaknya mengerjakan ibadah (shalat dan mengaji) bersama, dan sesekali menyuruhnya untuk ikut shalat berjamaah di masjid supaya anak tahu cara shalat dan bacaan sholat yang benar. Saya juga mendaftarkan anak saya di tempat mengaji, agar dia bisa mengaji dan menghafal Al-Quran dengan baik". 

              Sama halnya dengan tindakan yang dilakukan oleh informan (ibu) untuk memastikan pemahaman anak-anaknya terhadap makna beribadah dan kemampuan mereka dalam menjalankan ibadah, terutama shalat lima waktu, mengaji, dan berpuasa, ibu tersebut tentu memiliki solusi untuk membentuk karakter beribadah pada anak-anaknya. Salah satu solusi pertama adalah memberikan pemahaman akan pentingnya beribadah (shalat, mengaji, dan berpuasa). Dalam kerangka teori behavioristik, perubahan dapat terjadi ketika individu menerima perlakuan baru atau berbeda dari orang yang dihargai (kreatif dan tidak monoton). Karena anak-anak masih dalam usia belajar, ibu perlu terus memberikan pengertian tentang signifikansi beribadah dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak. Untuk membuat proses pembelajaran lebih menarik dan menghindari kebosanan, ibu dapat mencoba berbagai metode seperti menceritakan dongeng-dongeng Islami, menonton film animasi anak Islami, dan berbagai kegiatan menarik lainnya. Dengan demikian, anak-anak dapat belajar dengan cara yang menyenangkan. 

    KESIMPULAN

               Dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan,maka dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi antarpribadi ibu dan anak di Kekalik Jaya lingkungan Gerisak menggunakan model stimulus respon.Dengan cara ibu memberikan contoh pada anaknya untuk menjalankan ibadah sholat,mengaji dan puasa setelah itu anak memberikan respon dengan cara melaksanakan ibadah sholat,mengaji dan berpuasa. Kendala dalam membentuk karakter beribadah anak yang dirasakan oleh ibu meliputi dua hal, yaitu: 

               Pertama, anak masih memerlukan bimbingan dan panduan, terutama pada rentang usia 7-12 tahun di mana mereka cenderung sulit diarahkan, lebih suka melakukan aktivitas sesuai keinginan mereka, dan sulit memahami ajaran yang diberikan oleh ibu. 

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun