Pendidikan anak memerlukan lingkungan yang dipenuhi dengan kasih sayang, perhatian, dan pengawasan dari orang tua. Namun, saat ini, banyak anak yang menghabiskan waktu bermain gadget, sehingga kewajiban beribadah terbengkalai. Sebagaimana dilaporkan oleh (Tribunnews, 2016), seorang orang tua mengalami kekhawatiran karena anaknya yang masih duduk di kelas 4 SD menjadi kurang semangat belajar dan lupa akan tanggung jawab ibadah shalat akibat terlalu asyik bermain handphone atau gadget.
      Kemudian, terdapat peristiwa lain di mana orang tua meminta anaknya untuk melaksanakan ibadah, tetapi mereka sendiri tidak memberikan contoh yang baik. Sebagaimana dilaporkan oleh (detiknews, 2019), orang tua tidak menunjukkan contoh positif kepada anak-anak mereka. Meskipun menyuruh anak untuk melaksanakan shalat, orang tua malah terlalu sibuk menonton televisi. Seharusnya, selain memberi instruksi atau nasihat kepada anak, orang tua juga seharusnya memberikan teladan agar anak dapat meniru dan memahami makna dari ibadah, terutama shalat lima waktu, kegiatan mengaji, dan berpuasa.
      Situasi yang sama terjadi di lokasi penelitian penulis, di mana orang tua mendaftarkan anak-anak mereka ke tempat-tempat pengajian seperti madrasah pengajian dan rumah tahfidz. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari lingkungan Gerisak, Kekalik Jaya, tempat-tempat pengajian, seperti TPQ, hadir dalam lingkungan tersebut. Keberadaan tempat-tempat pengajian atau sekolah agama di lokasi penelitian memberikan dampak pada pemahaman anak-anak terhadap pelajaran agama. Beberapa tempat pengajian mengajarkan bacaan dan hafalan Al-Quran tanpa fokus pada makhroj, sementara yang lain menekankan pembelajaran bacaan Al-Quran dengan makhraj yang benar. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti apakah dengan mendaftarkan anak ke tempat pengajian tersebut, orang tua masih terlibat dalam membimbing dan membantu anak mereka beribadah di rumah, atau apakah mereka mengandalkan bimbingan dari guru di tempat pengajian saja. Seperti yang sudah peneliti jelaskan diatas dapat dikatakan bahwa proses komunikasi ibu dalam penanaman nilai ibadah pada anak perlu perhatian yang serius, karena akan sangat berpengaruh bagi kehidupan anak di masa yang akan datang.
KAJIAN PUSTAKA
A. KOMUNIKASI ANTAR INTERPERSONAL
      Menurut Cangara (1998:17) "Istilah komunikasi berasal dari kata Latin 'Communis', yang mengindikasikan pembentukan kebersamaan atau hubungan antara dua orang atau lebih." Selain itu, kata 'komunikasi' juga dapat diturunkan dari akar kata bahasa lain, yakni 'Communico', yang merujuk pada tindakan membagi".
      Dengan berinteraksi, kita memperkuat rasa kebersamaan dengan membentuk suatu koneksi dalam berkomunikasi. Ini berarti setiap individu saling menuangkan informasi, pemikiran, dan sikap-sikap dalam menjalani interaksi. Menurut Harold Laswell (Effendy, 2007: 253), cara untuk menjelaskan kegiatan komunikasi adalah dengan merespon pertanyaan who says in which channel to whom with what effect (siapa yang mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Paradigma Lasswell mengidentifikasi bahwa komunikasi melibatkan lima elemen, yaitu communicator (komunikator), message (pesan), media (media), receiver (komunikan/penerima), dan effect (efek). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang melibatkan satu atau lebih individu untuk saling berbagi informasi dan mencapai kesepakatan bersama di antara mereka yang terlibat.
      Komunikasi interpersonal merupakan suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu yang melibatkan interaksi antarindividu. Salah satu tujuan utama komunikasi interpersonal adalah untuk mengekspresikan perhatian kepada orang lain. Dalam konteks ini, seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkuk badan, menanyakan kondisi kesehatan mitra komunikasinya, dan sejenisnya.
B. KARAKTER BERIBADAH
      Sifat beribadah mencakup berbagai elemen kepribadian dan perilaku seseorang yang mencerminkan keterlibatannya dalam aktivitas ibadah atau pengabdian kepada Tuhan atau kekuatan rohaniah. Ibadah tidak hanya terbatas pada tindakan ritual, melainkan juga mencakup sikap, nilai, dan tindakan sehari-hari yang mencerminkan komitmen spiritual seseorang. Berikut adalah beberapa ciri umum yang melekat pada seseorang dengan karakter beribadah: