Mohon tunggu...
Ahmad ArifAminulloh
Ahmad ArifAminulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Write your every moments

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Komunikasi Ibu dalam Pembentukan Karakter Ibadah pada Anak

12 Desember 2023   10:32 Diperbarui: 12 Desember 2023   10:33 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ABSTRACT

As a child's first teacher, a mother has a significant role in shaping a child's character so that they become religious individuals. A mother's efforts are not limited to giving advice to children about the meaning of worship, but also involve themselves in providing examples so that children can carry out worship independently. The aim of this research is to understand the communication patterns between mother and child in the process of forming worship, identify the obstacles faced, and explore solutions implemented by mothers in shaping children's worship character. The research method used is a qualitative method. The research results show that the communication pattern between mother and child follows the Stimulus-Response Model, where the mother gives orders to the child using words and giving examples, then the child responds by carrying out religious services such as praying, reciting the Koran, and fasting. In this context, mothers face difficulties in forming their children's religious character, especially in praying, reciting the Koran and fasting. Obstacles identified include 1) Children still need help and guidance, and 2) Children are sometimes lazy because they are involved in their own activities, such as playing with friends, using cellphones, watching television, doing schoolwork, and falling asleep because they are sleepy. Therefore, the solution proposed by mothers involves providing an understanding of the importance of worship, giving orders, inviting, and being an example for children to be willing to worship together.

Keywords: Interpersonal Communication; M other and Child; Worship Characters

PENDAHULUAN

           Komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari satu pihak ke pihak lain. Menurut Joseph A. Devito komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan berupa umpan balik seketika (Marhaeni, 2009).Berinteraksi secara komunikatif juga memiliki peranan penting dalam memelihara hubungan antar individu, terutama dalam lingkup keluarga. Melalui komunikasi di antara anggota keluarga, dapat muncul saling pengertian yang memperkuat ikatan antara orang tua dan anak-anak.

           Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang anak. Sebelumnya ia berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, ia akan terlebih dahulu mengalami kehidupan dalam lingkup keluarga. Interaksi dalam keluarga memiliki dampak signifikan pada perkembangan anak untuk masa depannya. Keluarga menjadi penentu utama dalam membentuk perilaku, moral, dan kebiasaan sehari-hari seorang anak. Keluarga juga menjadi tempat di mana anak pertama kali membentuk pola pikir yang kemudian akan memengaruhi kehidupannya di masyarakat. Oleh karena itu, tidak salah jika keluarga dianggap sebagai elemen krusial dalam menentukan kualitas masyarakat. (al-Abrasy,1993:133 dalam (Rijal Sabri, Muhammad Iqbal Hasibuan, 2019).

           Cocey mengajukan empat prinsip peranan keluarga yaitu: 1. Modelling (example of trustworthness). Orangtua adalah contoh atau model bagi anak dan remaja. Orangtua merupakan model pertama dan terdepan (baik positif maupun negatif) dan merupakan pola bagi "way of life" anak. Melalui modelling orang tua mewariskan cara berpikirnya kepada anak. Melalui modelling anak dan remaja belajar tentang sikap proaktif, sikap respect dan kasih sayang; 2. Mentoring yaitu kemampuan menjalin atau membangun hubungan, investasi emosional (kasih sayang kepada orang lain) atau pemberian perlindungan kepada orang lain secara mendalam, jujur, pribadi dan tidak bersyarat. Orangtua merupakan mentor pertama bagi anak dan remaja yang menjalin hubungan dan memberikan kasih sayang secara mendalam, baik secara positif atau negatif. Orangtua menjadi sumber pertama bagi perkembangan perasaan anak dan remaja: rasa aman atau tidak aman, dicintai atau dibenci. Orangtua tetap dan selalu menjadi mentor bagi anak dan remaja; 3. Organizing, yaitu keluarga seperti perusahaan yang memerlukan tim kerja dan kerjasama antar anggota dalam menyelesaikan tugas-tugas atau memenuhi kebutuhan keluarga. Peran organizing adalah untuk meluruskan struktur dan sistem keluarga dalam membantu hal-hal yang penting; 4. Teaching. Orang tua berperan sebagai guru (pengajar) bagi anak dan remaja tentang hukum-hukum dasar kehidupan. Melalui pengajaran ini orangtua berusaha memberdayakan (empowering) prinsip-prinsip kehidupan, sehingga anak dan remaja memahami dan melaksanakannya. (Hana & Andriyani, n.d.)

           Salah satu bentuk komunikasi yang umum digunakan dalam lingkungan keluarga adalah komunikasi interpersonal. Jenis komunikasi ini melibatkan interaksi langsung antara individu, memungkinkan setiap peserta untuk mengamati tanggapan orang lain secara langsung, baik melalui kata-kata maupun ekspresi non verbal. (Stephen W. Littlejohn, 2009). Ketika berkomunikasi, individu saling berkomunikasi untuk berbagi makna mengenai istilah dan tindakan tertentu, serta memahami suatu kejadian melalui perspektif tertentu. Proses ini kemudian diolah dan menjadi bagian dari nilai-nilai yang dianut atau karakteristik diri seseorang.

           Seperti halnya yang disampaikan oleh (Idris (2014) dalam (Handayani, 2016) bahwa ada beberapa cara yang dilakukan oleh keluarga dalam membangun karakter anak antara lain membangun kejujuran, penanaman nilai-nilai agama, keikhlasan beribadah, beraktivitas, peduli sesama, dan kebersamaan. Karakter dapat ditumbuhkan sejak anak usia dini. Penanaman dan penumbuhan karakter paling efektif melalui proses komunikasi dan teladan dari orangtua kepada anaknya.

           Kewajiban orang tua mendidik dan mengajarkan anak pun tertulis dalam firman Allah SWT, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.S.At-Tahrim [66] : 6).

           Menumbuhkan kebiasaan beribadah pada anak tentu bukan tugas yang mudah, karena akan ada berbagai hambatan yang muncul. Penting untuk menekankan pelaksanaan ibadah di lingkungan keluarga guna membentuk kebiasaan beribadah pada anak. Saat anak berada dalam fase perkembangan, mungkin akan muncul sikap perlawanan yang menunjukkan keinginan untuk menentukan sendiri. Sikap ini dapat berubah melalui pembimbingan dan pengasuhan yang penuh kesabaran dari kedua orangtua, terutama jika keduanya menunjukkan keteladanan dengan menjalankan ibadah, khususnya shalat lima waktu. Orangtua bertanggung jawab memberikan bimbingan sejak dini, dengan harapan anak dapat tumbuh menjadi individu yang taat beragama, menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama. (Sri Lestari, (2012) dalam (Kholifah, 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun