Mengiringi penerimaan hosti, lantunan lagu 'Pribadi penuh Cinta' dikumandangkan seluruh anggota koor. Lagu ini merupakan ungkapan syukur dan terima kasih karena penyertaan Tuhan di sepanjang hari dalam kehidupan kita. Terdorong bahwa pengalaman akan Tuhan begitu indah, menjadi sumber kebahagiaan; lantunan lagu tersebut mengajak kita untuk tak henti-hentinya selalu memuji dan memuliakan 'Sang Pribadi Penuh Cinta".
"Betapa kumerindu, merindukan diri-Mu. Tinggallah di dalam doaku ..."
Setelah doa komuni selesai, umat diajak bernyanyi 'Transeamus'. Lagu berbahasa Latin ini telah familiar di telinga umat karena hampir di setiap Natal dikumandangkan.
Diawali dari suara bapa-bapak dengan penuh wibawa-menggelora "Tran...se...a...mus", disusul suara ibu-ibu yang mengumandangkan "Glo ... ... ... ria, gloria, in excelcis Deo" menjadi tanda penegasan.
Secara pribadi, mungkin bisa juga mewakili umat katolik yang lain, saya mengakui inkarnasi Sang Putra dalam wujud manusia dengan seluruh kesetiaannya, yaitu Yesus Kristus. Kesetiaan itu nantinya akan disempurnakan dengan pengorbanan-Nya di kayu salib.
Lagu 'Gita Surga Bergema' dinyanyikan menjadi titik puncak pujian kami atas perayaan hadirnya Tuhan yang merajai dunia dan jagad raya.
Mengakhiri misa, romo memberikan memberikan berkatnya kepada seluruh umat yang hadir saat itu. Semoga kegelapan dosa dapat dihalau oleh kehadiran Sang Terang, semoga umat diliputi kegembiraan dan kedamaian hati atas hadirnya Sang Putra.
Perarakan pastor meninggalkan altar diiringi dengan lagu 'Gloria'.
Penutup
Demikian pengalaman saya tentang misa perayaan Natal di paroki Santo Martinus, Lanud Sulaiman, Bandung.
Dalam bingkai kebinekaan, narasi ini disusun untuk mempererat tali silaturahmi-informasi. Sebagai awam Katolik dengan pengalaman akan Allah yang terbatas, mungkin saja informasi yang tersampaikan harus diluruskan.