Mohon tunggu...
Antonius Hananta Danurdara
Antonius Hananta Danurdara Mohon Tunggu... Guru - Sedang Belajar Menulis

Antonius Hananta Danurdara, Kelahiran Kudus 1972. Pengajar Fisika di SMA Trinitas Bandung. Alumni USD. Menulis untuk mensyukuri kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Misa Natal 2021, Persaudaraan Hendaknya Saling Menguatkan

28 Desember 2021   17:45 Diperbarui: 28 Desember 2021   17:50 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diorama Kandang Domba dengan Patung Bayi-Yesus, Ibu Maria dan Bapak Yoseph (sumber: steven/dok. St. Elisabeth)

Mengikuti misa hari raya Natal 2021 adalah 'peribadatan natal offline kedua' keluarga kami sejak SARS COV-2 melanda ibu pertiwi. Kali ini kami mengikutinya di paroki sendiri, Gereja Santo Martinus, Lanud Sulaiman, Bandung.

Di masa pandemi, jumlah warga yang mengikuti misa perayaan Natal dibatasi sepertiga hingga separuh kapasitas gereja. Jika kebanyakan gereja lain memiliki batas toleransi kehadiran umat yang cukup besar, tidak demikian dengan gereja kami. 

Pasalnya gereja Santo Martinus masih menginduk di kompleks Angkatan Udara Lanud Sulaiman, Bandung. Pembatasan jumlah umat sangat diperhatikan dengan ketat. Bagaimanapun, kepatuhan ini merupakan penghargaan atas kepercayaan komandan Lanud  yang telah memperbolehkan kami menyelenggarakan misa di masa pandemi.

 Ingin ikut misa? Daftar online dahulu

Umat yang akan mengikuti misa harus mendaftar online dengan mengisi google formulir. Jika kapasitas sudah dipenuhi, maka formulir tersebut otomatis akan tertutup.

Waktu itu, hari Senin, 20 Desember 2021. Baru satu-dua jam google formulir dibuka, misa Malam Natal (Jumat 24 Desember) jam 17.00 dan 20.00 langsung penuh. Misa hari raya Natal (25 Desember) yang diselenggarakan 08.00, 10.00 dan 17.00; masing-masing terisi lebih dari tujuh puluh persen kapasitas.

Kerinduan umat untuk mengikuti misa terbaca nyata dari antusiasme mereka untuk 'terlibat' hadir di misa-misa perayaan Natal (dan juga nanti di Tri hari Suci Paskah).

Bagaimana jika ada yang tidak mendaftar? Suatu ketika ada umat bersama keluarganya belum sempat mendaftar, mencoba hadir di misa hari raya Natal. Seksi tata-tertib, sebagai penanggung-jawab keamanan gereja, mendatangi mereka dan memberikan dua pilihan, yaitu meminta rombongan itu menunggu kalau-kalau ada pendaftar yang tidak hadir atau memilih langsung pulang, mengikuti misa secara online. Keluarga tersebut memutuskan menunggu. Syukurlah akhir mereka diijinkan mengikuti misa.

Keluarga kami sendiri mendaftar untuk misa hari raya Natal 2021 pada jam 17.00 menyesuaikan dengan waktu tugas saya bersama koor santa elisabeth memberikan pelayanan dalam misa.

Bagaimana latihan tim paduan suara kami? Baca Memadukan Suara, Menyanyi dengan Hati

Di sore itu, Sabtu 25 Desember 2021 menjelang pk. 17.00, saya mendapatkan informasi jumlah umat yang  telah mendaftar untuk mengikuti misa sebanyak 278 orang. Jumlah umat yang hadir 273 orang.

Protokol Kesehatan yang Ketat 

Seperti misa-misa sebelumnya, prokes sangat ketat dijalankan. Di gerbang gereja, seksi tata-tertib dibantu relawan lainnya akan menanyakan apakah umat yang datang sudah mendaftar atau belum. Jika belum, umat dipersilakan pulang, mengikuti misa online.

Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Gereja Santo Martinus Bandung (sumber: steven/dok. st. elisabeth)
Pelaksanaan Protokol Kesehatan di Gereja Santo Martinus Bandung (sumber: steven/dok. st. elisabeth)

Skrining pendaftaran dilanjutkan dengan pengecekan pemakaian masker. Setelah itu, umat menuju meja administrasi pendaftaran yang telah dijaga para relawan. Di meja itu, umat mengkonfirmasi kehadiran berdasarkan list daftar-hadir berbasis kertas.

Setelah terverifikasi, umat dipersilakan untuk mencuci-tangan dengan menggunakan sabun di wastafel-wastafel dekat pintu masuk utama gereja. Mereka akan diarahkan tatib penjaga, untuk mengeringkan tangan menggunakan kertas-tisue. Lalu mereka menuju ke bagian pengecekan suhu dan berakhir dengan penyemprotan hand-sanitizer di tangan (oleh petugas) sebelum memasuki gereja.

Hebatnya para tatib ini tidak akan memilah-milah siapa anda, apakah pastor, anggota dewan paroki atau awam biasa, semua dianggap sama.

Sekilas cerita bila berani 'protes' aturan Protokol Kesehatan 

Sedikit cerita di awal kebijakan ini diterapkan. Waktu itu saya bertugas untuk pertama kalinya, setelah gereja diperbolehkan menyelenggarakan misa. Rangkaian skrining prokes saya ikuti agak sedikit tegang. Namanya juga baru memulai misa untuk pertama kalinya.

Merasa sudah melaksanakan prokes, saya melenggangkan kaki masuk gereja. Petugas tatib dengan sigap menghadang dan meminta saya untuk mengikuti prokes kembali. Sempat terjadi perdebatan kecil. Meskipun kami telah berkawan-dekat, beliau tetap menjalankan tugasnya sesuai SOP-nya. Seorang prajurit paskhas, berseragam lengkap yang ikut-serta dalam penjagaan, mendekat dan memberikan penyataan tegas, "Silakan Bapak ke wastafel, cuci tangan dengan sabun yang benar". Selesai, dan saya mematuhi perintah itu.

 Pembukaan Misa Hari Raya Natal

Lonceng gereja dibunyikan tanda misa akan dimulai. Para petugas liturgi memasuki gereja dari pintu sakristi dan duduk di bangku-bangku yang telah dipersiapkan. Seorang asisten-imam maju, berdiri di atas mimbar. Beliau membacakan ajakan agar umat mematuhi prokes dan himbauan untuk menciptakan suasana liturgis selama misa.

Setelah itu, lektor berganti maju ke depan. Petugas ini membacakan satu renungan pengantar misa perayaan natal. Renungan tersebut berisi ajakan agar umat Katolik sanggup menjalankan hidup sederhana. Di dalam kesederhanaan, kita akan mudah untuk memasuki perdamaian hati, anugrah Tuhan.

Selesai lektor berbicara, lagu 'Lahir Kristus di Dunia' kami kumandangkan untuk mengiringi perarakan kecil pastor beserta putra-putri altar memasuki gedung gereja. Lagu pembuka berakhir setelah pastor selesai melakukan ritual pendupaan altar dan berdiri menghadap umat yang mengikuti misa.

"Janji lama telah genap, zaman baru cerah tetap ..."

 Persembahan Kado Natal

"Selamat Natal!", demikian pastor membuka misa. Rangkaian-kata ajakan-berefleksi atas hadirnya Tuhan di dunia runtut diucapkan menyambung-melengkapi frasa "Selamat Natal".  

Hal yang khas di misa hari raya Natal adalah prosesi persembahan 'kado natal' ke kanak-kanak Yesus. 'Kado natal' ini wujudnya seperti kado kebanyakan.

Sore itu, lagu 'Tiga Raja dari Timur' mengiringi perarakan keluarga pembawa kado. Bapak, ibu, dan putrinya berjalan dari pintu masuk utama gereja menuju ke 'kandang domba' yang dibuat terpisah dari batas suci altar. Pastor menyambut perarakan keluarga di 'kandang' yang mengilustrasikan tempat kelahiran Yesus.

Di dalam kandang tersebut, ada patung bayi Yesus di palungan yang ditemani patung Ibu Maria dan patung Bapak Yoseph. Patung-patung lain seperti patung gembala-gembala dan domba-dombanya ditata menjadi diorama yang menggambarkan suasana ketika Yesus lahir.

Penyerahan kado dalam wujud fisik di hadapan patung bayi Yesus hanyalah sebuah simbolisasi saja. Pemaknaan sesungguhnya adalah kami, sebagai umat Katolik, memohon penyertaan Allah agar lebih setia kepada-Nya dan lebih bertanggung-jawab, serta sabar dalam mendidik anak-anak. Bagi anak-anak dan remaja, persembahan tersebut dimaknai sebagai refleksi atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Kesalahan dan dosa dipersembahkan kepada Allah untuk dilebur, menjadi suci kembali dan lebih berendah hati. Mempersembahkan kado natal juga menjadi refleksi untuk semakin menghormati orang tua dan para pendidik mereka.

"Tanpa bimbang, ikut Bintang hari riang-senang ..."

 Pesan Natal

Setelah tahapan liturgi dilalui, sampailah pada homili Natal yang mengambil tema besar Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan.

Sebagai orang muda, pastor cukup lugas dalam menegaskan bahwa persaudaraan yang dibangun hendaklah berasal dari kerendahan hati, tidak membeda-bedakan suku bangsa dan keyakinan.

Dalam konteks tersebut, pastor menegaskan agar persaudaraan yang dibangun (di tingkat rukun tetangga, dengan komunitas, dan dalam masyarakat) jangan sampai kebablasan menjerumuskan teman yang berbeda keyakinan sehingga membuatnya melanggar aturan-aturan beragamanya. Justru persaudaraan hendaknya saling menguatkan keimanan berdasarkan kepercayaan masing-masing.

Seringkali dijumpai, kita mengatasnamakan persaudaraan, namun sengaja atau tidak sengaja, kita melegitimasi tindakan yang membuat saudara kita lupa, bahkan membuatnya melanggar keyakinannya. 

Di dalam persaudaraan, hendaknya kita saling mengingatkan satu-sama lain akan jalan keyakinan yang telah dipilih.

 Mengumandangkan Lagu Lagu Natal

Bagaimana pelayanan koor St Elisabeth di hari raya Natal saat itu? Syukur kepada Allah, ibu-bapak anggota koor mampu menggemakan puji-pujian Natal dengan lantang.

Koor Santa Elisabeth (sumber:steven/dok. st. elisabeth)
Koor Santa Elisabeth (sumber:steven/dok. st. elisabeth)

Bersama umat, para beliau melantunkan lagu 'Damai' mengiringi persembahan dalam liturgi Ekaristi. Hakikat dari persembahan adalah perdamaian dengan Allah. Dengan perdamaian ini, atas kehendak-Nya, peribadatan akan menjadi sempurna.

Lagu 'Kudus' kami lambungkan sebagai pujian, memuliakan Kemahakuasaan Allah. Que bene cantat bis orat (bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali). Sedikit catatan, tidak semua nyanyian dalam misa adalah doa. 'Kemuliaan', 'Kudus', dan 'Bapa kami' adalah contoh-contoh doa pujian yang dilagukan.

Mengiringi penerimaan hosti, lantunan lagu 'Pribadi penuh Cinta' dikumandangkan seluruh anggota koor. Lagu ini merupakan ungkapan syukur dan terima kasih karena penyertaan Tuhan di sepanjang hari dalam kehidupan kita. Terdorong bahwa pengalaman akan Tuhan begitu indah, menjadi sumber kebahagiaan; lantunan lagu tersebut mengajak kita untuk tak henti-hentinya selalu memuji dan memuliakan 'Sang Pribadi Penuh Cinta".

"Betapa kumerindu, merindukan diri-Mu. Tinggallah di dalam doaku ..."

Setelah doa komuni selesai, umat diajak bernyanyi 'Transeamus'. Lagu berbahasa Latin ini telah familiar di telinga umat karena hampir di setiap Natal dikumandangkan.

Diawali dari suara bapa-bapak dengan penuh wibawa-menggelora "Tran...se...a...mus", disusul suara ibu-ibu yang mengumandangkan "Glo ... ... ... ria, gloria, in excelcis Deo" menjadi tanda penegasan.

Secara pribadi, mungkin bisa juga mewakili umat katolik yang lain, saya mengakui inkarnasi Sang Putra dalam wujud manusia dengan seluruh kesetiaannya, yaitu Yesus Kristus. Kesetiaan itu nantinya akan disempurnakan dengan pengorbanan-Nya di kayu salib.

Lagu 'Gita Surga Bergema' dinyanyikan menjadi titik puncak pujian kami atas perayaan hadirnya Tuhan yang merajai dunia dan jagad raya.

Mengiringi perarakan romo, usai misa dengan lagu 'Gloria' (sumber:hananta/pribadi)
Mengiringi perarakan romo, usai misa dengan lagu 'Gloria' (sumber:hananta/pribadi)
Mengakhiri misa, romo memberikan memberikan berkatnya kepada seluruh umat yang hadir saat itu. Semoga kegelapan dosa dapat dihalau oleh kehadiran Sang Terang, semoga umat diliputi kegembiraan dan kedamaian hati atas hadirnya Sang Putra.

Perarakan pastor meninggalkan altar diiringi dengan lagu 'Gloria'.

Penutup

Demikian pengalaman saya tentang misa perayaan Natal di paroki Santo Martinus, Lanud Sulaiman, Bandung.

Dalam bingkai kebinekaan, narasi ini disusun untuk mempererat tali silaturahmi-informasi. Sebagai awam Katolik dengan pengalaman akan Allah yang terbatas, mungkin saja informasi yang tersampaikan harus diluruskan.

Sore hingga malam itu, umat sungguh kidmat mengikuti misa. Pastor sungguh menunjukkan semangat luar biasa dalam memimpin misa yang berlangsung sekitar satu setengah jam itu.  

Istri dan anak-anak yang duduk di bangku-depan gereja mengikuti misa dengan seksama. 

Ibu-bapak anggota koor yang rata-rata berusia di atas enam puluhan tahun sungguh penuh semangat, dan ketulusan mengumandangkan lagu-lagu untuk melayani umat.

Duduk di bangku-piano, saya melihat semua yang hadir penuh sukacita. Umat saling mengucapkan selamat hari Natal. Ibu-bapak anggota koor kami pun bersyukur telah menuntaskan tugas untuk kali pertama, setelah hampir dua tahun tidak memadukan suara. Saya pun merasa lega karena tugas telah paripurna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun