"Menyimpan untuk dunia, tapi juga untuk akhirat," gumamnya sambil tersenyum. Ia teringat pesan almarhum ayahnya yang dulu sering mengingat
Bulan ini, Yai Usman sudah meniatkan diri menyisihkan hasil usaha untuk membeli karpet baru bagi masjid. Karena karpet yang lama sudah terlihat lusuh dan kasar. Keinginan itu pun bisa ia wujudkan. Sore itu, ia membawanya ke masjid dengan hati riang.
Di masjid, ia menggantikan karpet lama. Tak ada yang memintanya, namun Yai Usman merasa ini adalah bagian dari tanggung jawabnya. Karena apa pun yang kita miliki, sekecil apa pun, harus bisa bermanfaat untuk orang lain.
Setelah selesai memasang karpet baru, Yai Usman duduk sejenak di salah satu sudut masjid. Ia memperhatikan karpet yang kini terlihat lebih bersih dan nyaman untuk digunakan. Senyum kecil menghiasi wajahnya saat membayangkan jamaah yang akan lebih khusyuk saat salat.
Tak lama, azan maghrib berkumandang. Beberapa jamaah mulai berdatangan. Mereka terlihat terkejut dan kagum melihat karpet baru yang terpasang rapi. "Masya Allah, siapa yang memasang karpet baru ini?" tanya salah seorang jamaah.
Yai Usman hanya tersenyum dan menjawab, "Ini semua dari Allah. Saya hanya berusaha menyisihkan sedikit rezeki yang saya punya untuk rumah-Nya." Ucapannya sederhana, tapi membuat hati jamaah tersentuh.
Malam itu, masjid terasa lebih hangat. Tidak hanya karena karpet baru yang empuk, tetapi juga karena keikhlasan Yai Usman yang menyentuh hati banyak orang. Jamaah yang hadir sepakat untuk mendoakan kesehatan dan keberkahan bagi Yai Usman. Ia pun merasa bahwa kebahagiaan sejati memang datang dari berbagi, bukan dari memiliki.
Bagi Yai Usman, hidup adalah tentang kejujuran, kesahajaan, dan memberi. Ia percaya bahwa setiap tindakan baik, sekecil apa pun, adalah investasi menuju kehidupan yang lebih mulia.
Ia selalu mengajarkan kepada anak-anak muda di kampungnya bahwa rezeki bukanlah soal berapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang bisa kita bagikan.
"Harta itu seperti air," katanya suatu ketika, "jika ditahan terlalu lama, ia akan keruh dan tak berguna. Tapi jika dialirkan, ia akan membawa kehidupan."
Kejujuran adalah prinsip yang tak pernah ia tawar. Dalam berdagang, Yai Usman selalu memastikan timbangan pas, harga wajar, dan tidak pernah mengambil keuntungan yang berlebihan.