Saya mencatat poin-poin ceramahnya dalam smartphone. Salah satu pernyataan yang beliau sampaikan: "Kesombongan bukanlah sifat yang sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang diberikan ilmu oleh Allah. Makanya, kalau ada manusia sombong, berarti dia tidak tahu eksistensinya."
Beliau juga menyampaikan, dalam Islam, ilmu mendapat tempat yang sangat tinggi. Meskipun seorang ilmuwan telah meninggal, ilmu yang ditinggalkannya akan tetap dikenang dan bermanfaat bagi generasi berikutnya.
Khotbah Abdullah Shahab mengalir seperti aliran air, jernih, dan menyegarkan pikiran. Saya merasa, di tengah keramaian kota yang sering kali melupakan nilai-nilai ini, pesan beliau adalah pengingat yang penting.
Pesan yang disampaikan Abdullah Shahab berasa menggema di hati saya, mengingatkan bahwa hidup ini bukan sekadar tentang pencapaian duniawi, tetapi tentang bagaimana kita memanfaatkan ilmu untuk memberikan manfaat yang lebih luas.
Setelah doa, suasana masjid menjadi hening. Jamaah bersiap melaksanakan salat Jumat. Imam memimpin dengan bacaan yang begitu merdu, menghadirkan ketenangan dan keikhlasan.
Selesai salat, saya melihat para jamaah berzikir dan melanjutkan salat sunnah. Saat saya melangkah keluar, sebuah rasa syukur memenuhi hati saya.
Langit siang itu cerah, seolah menyertai semangat baru yang terbit dalam hati. Saya melangkah pergi dengan doa kecil dalam hati, berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik, rendah hati, haus ilmu, dan memberi manfaat bagi sesama. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H