Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lembaran Kenangan di Masjid Al Falah Surabaya

4 Januari 2025   22:03 Diperbarui: 4 Januari 2025   22:03 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al Falah Surabaya pada masa lalu. foto: masjidalfalah.or.id

Yang membuat saya semakin tersentuh adalah suasana kehangatan dan inklusivitas di masjid ini. Jamaah dari berbagai latar belakang berkumpul tanpa sekat. 

Seolah-olah melambangkan persatuan umat Islam yang sejati. Tidak ada perbedaan yang terasa. Semua menyatu dalam ibadah, dalam doa, dan dalam harapan untuk menjadi hamba yang lebih baik.

***

Masjid Al Falah Surabaya pada masa lalu. foto: masjidalfalah.or.id
Masjid Al Falah Surabaya pada masa lalu. foto: masjidalfalah.or.id

Saya punya kenangan panjang dengan Masjid Al Falah yang saat ini sedang direnovasi. Ini karena rumah orangtua saya berada di Jalan Darmokali, lokasinya sekitar 350 meter dari masjid tersebut. Baru pada usia 27 tahun saya pindah rumah, dan rumah orangtua saya tersebut sampai sekarang masih ada.

Pada tahun 90-an, aktivitas di Masjid Al Falah cukup padat. Masjid itu menjadi tujuan jamaah dari berbagai kalangan. Setiap waktu salat, masjid ini selalu penuh dengan jamaah, terutama saat salat Jumat dan salat Tarawih di bulan Ramadan.

Saya masih ingat, suasana Ramadan di sana selalu semarak. Terlebih waktu berbuka, ribuan orang berkerumun untuk mempersiapkan diri menyambut waktu magrib. Setelah salat, panitia masjid membagikan nasi bungkus. Jamaah tampak guyub saat berbuka bersama.

Selain itu, masjid ini kerap menjadi tempat berbagai kajian ilmu. Ada pengajian umum yang mengundang para ustaz terkenal, kegiatan belajar Al-Qur'an untuk anak-anak, hingga diskusi-diskusi keislaman. Saya pernah berlinang air mata saat mendengarkan Muammar ZA, qari terkemuka, melantunkan kalam ilahi di masjid tersebut.

Masjid Al Falah juga sebagai pusat pendidikan agama dan pengembangan masyarakat. Saya masih ingat bagaimana masjid ini menjadi tempat pertama saya mendengar ceramah yang begitu menggugah, yang sering kali memberi saya inspirasi dan motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Beberapa penceramah yang saya tahu di antaranya: KH. Abdurrahim Nor, KH. Misbach, H. Bey Arifin, KH. Muamal Hamidy, KH. Munawar Thohir, Prof. Roem Rowi, H. Kholid Abri, KH. Syakur Thawil, dr. H. Kabat, H. Muhammad Muqoddas, KH. Sunan Karwalib, Prof. Fuad Amsyari, dan H. Muhammad Taufiq AB. Kala itu, Ketua Takmir Masjid Al Falah masih dijabat H. Syamsuri Mertoyoso.

Nama Remaja Masjid Al Falah (RMA) dulu juga sangat dikenal. Banyak sekali kegiatan digelar, dari skala lokal, nasional, maupun internasional. Nama-nama tokoh RMA yang dulu saya kenal seperti Hasan Syadzili, Nur Hidayat, Herry Mohammad, Achmad Zuhdi DH, Yasin Tatisina, Masrukin, Imam Hambali, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun